Khutbah Jumat: Sempurnakan Puasa Ramadhan dengan Puasa Syawal

Shalat Jumat di Masjidil Haram
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hani Sofia

VIVA Edukasi – Puasa Syawal merupakan puasa sunnah yang memiliki keutamaan untuk mendapatkan pahala puasa setahun penuh. Puasa ini dilakukan selama 6 hari di Bulan Syawal.

Anjuran puasa Syawal sendiri datang langsung dari Rasulullah SAW melalui hadis yang diriwayatkan Imam Muslim berikut “Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, kemudian dilanjutkan dengan enam hari di bulan Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun,”

Khutbah Jumat berikut ini mengajak kepada para jemaah Jumat untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan cara terus istiqomah dalam menjalankan ibadah-ibadah dan semua kewajiban dalam Islam seperti puasa Syawal.

Berikut pemaparannya seperti dilansir dari laman Nahdlatul Ulama, Kamis 27 April 2023.

Khutbah I

Innalhamdalillah Nahmaduhu wanastainuhu...

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah subhanahu wa ta’ala

Syukur alhamdulillah merupakan kata kunci pertama yang harus kita tanamkan dalam diri kita semua atas segala nikmat dan karunia yang Allah berikan, khususnya nikmat iman dan nikmat sehat, sehingga kita bisa terus istiqomah dalam mengerjakan ibadah wajib shalat Jumat ini. Semoga ibadah yang kita lakukan selama bulan suci Ramadhan diterima oleh Allah SWT.

Shalawat dan salam mari kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan pengikutnya. Selanjutnya, melalui mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada diri khatib sendiri dan semua jamaah untuk terus berusaha dan berupaya dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.

Karena hanya dengan modal takwa, kita semua bisa menjadi hamba yang selamat di dunia dengan karunianya, dan selamat di akhirat dengan keadilannya.

Shalat Jumat di Masjidil Haram

Photo :
  • ANTARA FOTO/Hani Sofia

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Sudah hampir satu pekan kita semua berpisah dengan bulan Ramadhan. Bulan istimewa itu telah pergi, dan kita tidak tahu apakah masih diberi kesempatan oleh Allah untuk berjumpa kembali dengannya atau tidak. Sebab, kematian tidak ada yang tahu kapan datangnya. Bisa saja, ia lebih dahulu menjemput kita semua sebelum datangnya bulan Ramadhan yang akan datang.

Oleh karena itu, sebelum kematian itu datang, tidak ada yang bisa kita persiapkan selain terus istiqomah dan konsisten dalam menjalankan ibadah kepada Allah, berusaha untuk meningkatkan iman dan takwa, berbuat baik kepada sesama, meninggalkan semua perbuatan-perbuatan yang tidak diridhai olehnya.

Dengan upaya dan usaha tersebut, maka kita semua insyaallah akan tergolong sebagai hamba yang akan mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Salah satu upaya untuk meningkatkan iman dan takwa, serta menjadi ibadah yang sangat disenangi oleh Allah adalah puasa. Dengan berpuasa, seseorang akan memiliki derajat istimewa dan balasan yang istimewa pula dari Allah. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah dalam salah satu hadisnya, yaitu:

“Semua amal ibadah manusia adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu hanya untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan langsung membalasnya. Ia meninggalkan makan dan minumnya semata untuk-Ku.” (HR Bukhari dan Ahmad).

Berdasarkan hadits barusan, puasa merupakan ibadah privat yang hanya diketahui oleh Allah dan orang yang menjalaninya semata. Karenanya, puasa menjadi satu-satunya ibadah yang paling minim bercampur dengan sifat riya (ingin dipuji), sebab dimensi puasa adalah niat dalam hati, bukan gerakan anggota badan, sebagaimana ibadah lainnya.

Suasana Shalat Jumat di Masjidil Haram

Photo :
  • MCH 2022

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah

Bulan Syawal ini merupakan bulan yang tepat bagi kita semua untuk kembali merasakan nikmatnya ibadah puasa. Kita semua dianjurkan oleh Rasulullah untuk melakukan puasa selama enam hari pada bulan Syawal, bahkan pahala yang akan didapatkan darinya sangat banyak, dan setara dengan puasa selama satu tahun. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh nabi dalam salah satu hadisnya, yaitu:

“Barangsiapa puasa Ramadhan, kemudian ia sertakan dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR Muslim).

Selain segudang pahala yang akan Allah berikan, puasa ini juga bisa menjadi tanda-tanda diterimanya puasa di bulan Ramadhan. Artinya, orang yang mengerjakan puasa enam hari di bulan Syawal menunjukkan bahwa puasanya selama Ramadhan diterima oleh Allah swt. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali dalam kitab Lathaiful Ma’arif fima li Mawasimil ‘Am minal Wazhaif mengatakan:

“Tanda-tanda diterimanya ketaatan adalah dengan konsisten terus beribadah setelahnya. Dan tanda-tanda ditolaknya ketaatan adalah dengan melakukan kemaksiatan setelahnya. Betapa mulianya suatu ibadah yang dilakukan setelah ibadah yang lain, dan betapa jeleknya sebuah keburukan yang dilakukan setelah ibadah.”

Momen Mesut Oezil menunaikan salat jumat di Masjid Istiqlal

Photo :
  • Instagram/@m10_official

Ma’asyiral Muslimin jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah 

Selain menjadi tanda-tanda diterimanya ibadah puasa di bulan Ramadhan, puasa Syawal juga bisa menjadi penutup kekurangan-kekurangan selama bulan mulia tersebut. 

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Lathaiful Ma’arif, bahwa puasa Syawal memiliki banyak faedah, di antaranya adalah akan menjadi penyempurna puasa Ramadhan, sehingga nilai pahalanya bisa setara dengan puasa setahun. Puasa Syawal juga bisa menjadi penutup kekurangan-kekurangan puasa selama Ramadhan. 

Sebab puasa Ramadhan yang kita lakukan selama satu bulan penuh belum tentu sempurna, dan tentunya akan ada banyak sekali kekurangan-kekurangan yang bisa menghilangkan kesempurnaan puasa. Oleh karena itu, puasa Syawal menjadi pilihan yang sangat tepat untuk menutupi semua kekurangan tersebut. Dengan puasa Syawal, itu menunjukkan bahwa kita sedang berupaya untuk meraih kesempurnaan Ramadhan.

Barakallahu li walakum ….

Khutbah II

Alhamdulillahi hamdan kamaa amar…

Penutup

Ibadallah, innallaha ya’murukum bil adli wal ihsan….