Misi Juventus Selamatkan Wajah Italia di Eropa

Duel Porto melawan Juventus di leg pertama
Sumber :
  • REUTERS/Miguel Vidal

VIVA.co.id – Juventus menjadi satu-satunya harapan Italia di babak 16 besar Liga Champions. Wakil Italia lainnya, Napoli sudah dipastikan tersingkir, usai dikalahkan juara bertahan Real Madrid.

Napoli sama sekali tak berkutik saat bersua Madrid dalam dua kesempatan. Di leg pertama, Partenopei tumbang 1-3 di Santiago Bernabeu. Di leg kedua, mereka kembali takluk dengan skor yang sama di San Paolo. Alhasil, mereka pun harus tersingkir dengan agregat 2-6.

Wakil Italia lainnya, AS Roma tampil kurang meyakinkan di leg 1 babak 16 besar Liga Europa. Giallorossi kalah 2-4 dari Olympic Lyon di Parc Olympique Lyonnais, sehingga membuat peluang melaju ke perempat final mengecil.

Praktis, beban berat kini ada di Juventus untuk menyelamatkan wajah Italia. Tim besutan Massimiliano Allegri punya modal bagus untuk menembus perempat final. Mereka sukses mengalahkan FC Porto 2-0 di Estadio Do Dragao, pada 22 Februari 2017 lalu.

Secara logika, jika main di kandang lawan saja bisa menang, seharusnya Juve tak menemui kesulitan saat tampil di depan pendukung sendiri. Bianconeri lebih di atas angin saat menjamu Porto di Juventus Stadium di leg 2, Selasa 14 Maret 2017 (Rabu dini hari WIB).

Hasil imbang sudah cukup untuk mengantarkan Juve ke perempat final. Bianconeri bahkan tetap bisa ke perempat jika hanya kalah dengan selisih satu gol.

Namun, pelatih Juve, Massimiliano Allegri tak mau bersikap lengah. Dia belajar dari kekalahan menyakitkan yang dialami Paris Saint-Germain, yang menerima comeback sensasional Barcelona.

PSG gagal memanfaatkan kemenangan 4-0 di leg pertama. Les Parisiens harus rela disingkirkan Barcelona usai kalah 1-6 di Camp Nou. Lionel Messi dan kawan-kawan lolos dengan agregat 6-5.

Apa yang telah dilakukan Barcelona pantas masuk dalam sejarah sepakbola. Itu sebabnya sepakbola sesuatu yang indah," kata Allegri dilansir Football Italia.

"Kemenangan Barcelona di luar prediksi dan membuat kami paham. Meski kami unggul dua gol, tapi perjuangan belum berakhir," lanjut mantan pelatih AC Milan ini.

Misi Khusus Dybala

Selain ingin membawa Juve ke perempat final, bomber Paulo Dybala rupanya memiliki misi khusus saat melawan Porto. Penyerang internasional Argentina ini ingin membobol gawang Porto yang dikawal Iker Casillas.

Juve memang sanggup mengalahkan Porto 2-0 di pertemuan pertama. Namun gol saat itu dicetak Marko Pjaca (72') dan Dani Alves (74'). Dybala pun ingin menuntaskan rasa penarannya di Juventus Stadium.

Tentu saja, saya ingin mencetak gol saat melawan dia (Casillas). Tugas saya adalah mencetak gol, dan bisa melakukkannya saat berhadapan dengan kiper seperti dia adalah hal yang spesial," kata Dybala pada O Jogo.

Tugas Juve lebih mudah karena mampu menaklukkan Porto di kandang lawan. Hasil imbang atau kalah tak lebih dari selisih dua gol, sudah cukup untuk mengantarkan Bianconeri ke perempat final.

"Kemenangan melawan Porto membuat kami sedikit tenang karena kami punya keuntungan yang bagus. Namun, kenyataannya Porto adalah tim yang bagus. Di leg pertama mereka membuat kami kesulitan, hingga kami mampu mencetak gol," ucap Dybala.

"Gol tandang kami akan menjadi kunci. Jadi kami harus sangat berhati-hati di lini belakang," tegasnya.

Juve mendapatkan modal kepercayaan diri tinggi jelag duel melawan Porto. Mereka sukses mengalahkan seteru abadi, AC Milan 2-1 dalam lanjutan Serie A di Juventus Stadium, Jumat 10 Maret 2017 (Sabtu dini hari WIB).

Juve semakin tak tergoyahkan di puncak klasemen Serie A. Bianconeri menorehkan 70 poin dari 28 laga, unggul 8 poin dari pesaing terdekat AS Roma.

Bahaya Leicester Tanpa Ranieri


Laga lainnya mempertemukan Leicester City dengan Sevilla di King Power Stadium.  Duel ini menarik, karena The Foxes menunjukkan grafik peningkatan setelah Claudio Ranieri dipecat.

Craig Shakespeare yang sebelumnya menjadi manajer caretaker, membawa Leicester meraih dua kemenangan beruntun di Premier League. The Foxes menaklukkan Liverpool dan Hull City masing-masing dengan skor 3-1.

Hasil gemilang yang diraih Shakespeare membuatnya dipercaya sebagai manajer tetap. Mantan asisten Leicester ini akan menangani Jamie Vardy dan kawan-kawan hingga akhir musim 2016-17.

Kami masih punya beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan. Ini bukan cuma soal pekerjaan yang dilakukan kemudian selesai, tapi kami berada di trek yang benar. Ada sebuah energi positif di dalam tim semenjak kepergian Ranieri," ujar kapten Leicester, Wes Morgan, dikutip Sportsmole.

"Kami mampu meningkatkan performa dan memainkan pertandingan dengan baik. Kami harus berkonsentrasi untuk mengakhiri musim di posisi yang kuat," sambungnya.

Di sisi lain, Sevilla justru tengah dalam tren menurun. Tim asal Andalusia ini hanya mampu bermain imbang dalam dua laga terakhir di LaLiga. Mereka ditahan Deportivo Alaves dan Leganes, masing-masing dengan skor 1-1.

"Jika kami kembali tampil seperti ini (seperti melawan Leganes), kami harus cemas dengan peluang kami di Liga Champions," kata pelatih Sevilla, Jorge Sampaoli, seperti dilansir Soccerway.

"Dalam pertandingan semacam ini, saat lawan Anda menghukum kesalahan Anda, itu hal yang sulit. Jika kami tak bisa memperbaiki permainan kami, pertadingan hari Selasa nanti akan sulit," sambungnya.

Sevilla sukses menaklukkan Leicester 2-1 di Ramon Sanchez Pizjuan. Namun, posisi mereka belum aman. Sebab, jika kalah 0-1 saja, The Foxes yang bakal lolos.