Kisah Unik Pria Manado Kelilingi Dunia dengan Sepeda Motor

Mario Iroth
Sumber :
  • Herdi/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Biker legendaris Indonesia Mario Iroth kembali siap melakukan petualangannya dengan sepeda motor. Bersama partner yang belakangan disebut kekasihnya, Lilis Handayani, keduanya akan melakukan perjalanan lintas benua dari New Zealand, Australia, Timor Leste, hingga kembali ke Indonesia.

Perjalanan Wheel Story ke-4 itu sedianya akan dilakukan sejauh 25.000 kilometer atau selama enam bulan. Sebelumnya, Mario Iroth dan Lilis sukses melakoni Wheel Story ke-3 dari Bandung ke Paris, Prancis, melewati 16 negara selama 185 hari. Perjalanan itu ditempuh dengan sepeda motornya sejauh 24.000 kilometer (6 bulan).

Di balik keindahan alam dan suasana berbagai musim di banyak negara, Iroth mengaku memiliki berbagai pengalaman menarik sepanjang perjalanan. Sebut saja dari dirinya yang dianggap sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) saat naik kapal Fery dengan motornya, mimisan, sampai ditilang karena kepergok memacu motornya dengan kecepatan di atas normal.

"Kalau jalanan yang saya rasakan terparah ada di Sumatera ketimbang jalanan lain termasuk di negara-negara lain. Karena waktu itu (Wheel Story 3) banyak jalan dengan kubangan dalam. Motor bahkan pernah jumping setengah meter karena saya tak bisa antisipasi," kata dia saat ditemui di pelepasan Wheel Sroty 4, di Bangi Kopitiam, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Kamis, 26 Mei 2016.

Di India, ia juga mengaku lalu lintas di sana sama semrawutnya dengan Indonesia. Motor yang ia gunakan, bahkan banyak baret saat melintas di negeri Bollywood tersebut. Makanan yang banyak tak higienis di India pun menjadi soal. Mario Iroth mengaku mengalami diare, hingga akhirnya menghabiskan waktu dua bulan sendiri di India karena diare.

Mario juga sempat tertahan di Iran karena motornya bermasalah bagi bea cukai di sana. Iran diketahui hanya memperbolehkan sepeda motor berkapasitas 250cc ke bawah yang boleh melintas di negaranya. Di Turki, ia sempat kena tilang aparat kepolisian saat memacu motornya 140 kilometer per jam. Di Turki, batas kecepatan tertinggi yang diizinkan hanya sekira 90 kilometer per jam. Ia akhirnya harus membayar denda sekira US$60 kepada bea cukai.

"Yang tak bisa terlupakan tentu pakaian. Jadi cuci-kering cuci-kering. Karena tak mungkin bawa pakaian banyak, bobot bisa berat. Kadang masih basah saya pakai. Kalau jaket saya cuci kalau saya menginap di hotel," kata Mario Iroth.

Karena melintasi berbagai negara dengan cuaca yang berbeda-beda, Mario Iroth kerap merasakan kesulitan. Sebut saja kawasan Eropa dan sekitarnya yang cuacanya tengah ekstrem. Beruntung, jaket yang digunakan sudah dirancang dengan kehadiran penghangat tubuh.

"Tapi kalau malam, saya tidak riding, cuacanya tak menentu bahkan bisa minus 20 derajat. Makanya kalau malam saya manfaatkan untuk istirahat," kata dia.