Rajin Olahraga Malah Meninggal Hingga Gejala COVID-19 Muncul di Lidah

Ilustrasi berolahraga/olahraga/berkeringat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Sejumlah informasi dari dunia gaya hidup mewarnai kanal Lifestyle VIVA.co.id sepanjang Sabtu, 26 September 2020. Beberapa di antaranya menarik banyak minat pembaca.

Salah satu yang terpopuler adalah artikel mengenai olaharaga. Artikel ini menyoroti keterkaitan penyakit jantung dengan olahraga. Benarkah olahraga menjadi penyebab banyak penderita penyakit jantung meninggal dunia?

Simak ulasan lengkapnya bersama artikel terpopuler lainnya berikut ini.

Kenapa Orang Rajin Olahraga Malah Meninggal karena Penyakit Jantung?

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Vito Anggarino Damay, Sp. JP., M. Kes., FIHA., FICA., FAsCC, turut menyoroti hal ini. Menurutnya, orang yang memiliki riwayat penyakit jantung jika rajin berolahraga, harapan hidupnya jauh lebih besar dibanding yang tidak berolahraga.

"Karena kalau ada penyumbatan di pembuluh darah jantung misalnya, orang yang rajin olahraga tipe aerobik, maka dia punya jalan-jalan tikus banyak. Namanya pembuluh darah kolateral. Pembuluh darah yang tipis seperti rambut-rambut ini, bisa membantu mengaliri darah ke otot-otot jantung kita," ujarnya saat konferensi pers virtual Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Jumat, 25 September 2020.

Lebih lanjut, dokter Vito menjelaskan, jika 'jalan protokolnya' tersumbat, maka pembuluh darah yang berbentuk menyerupai rambut-rambut atau 'jalan tikusnya' bisa sedikit membantu. Sehingga kemungkinan dapat bertahan hidupnya lebih tinggi. Baca selengkapnya

Banyak Orang Sembunyikan Hasil Tes Positif COVID-19, Ini Sebabnya

Pandemi melanda dunia membuat kata COVID-19 menjadi sangat sering terdengar. Tapi, ada stigma yang melekat pada penyakit itu sehingga membuat banyak orang takut akan konsekuensinya.

Mendapat diagnosis positif COVID-19 bisa membuat seseorang mengalami kekhawatiran besar, hingga sebagian orang memilih untuk menyembunyikannya dan menyangkal penyakitnya. Mereka terus menjalani aktivitas seperti biasa, dan yang terburuk, tetap berkeliaran hingga berisiko menularkan kepada orang lain.

Menyembunyikan penyakit menular seperti COVID-19 akan menyulitkan contact tracing. Selain itu, bisa juga menimbulkan dampak psikologis karena penderita butuh dukungan dan banyak hal positif untuk bisa sembuh. Baca selengkapnya

Ingin Bercinta Terus Sampai Kecanduan, Maniak Seks?

Pernah merasakan tubuh menginginkan seks terus menerus meski baru saja selesai melakukannya dengan pasangan? Bercinta yang kerap memberi rasa ketagihan, nyatanya pernah dialami oleh sebagian besar pasangan.

Tak sedikit yang merasakan daya tarik untuk melakukan seks lagi dan lagi. Faktor utama dari hal tersebut yaitu adanya paduan combo dari bahan kimia di saraf yang dilepaskan saat berhubungan seks, bersamaan dengan bonding serta keintiman yang kuat.Terapis seks Kiana Reeves berujar bahwa faktor itu yang membuat seks menjadi semacam kecanduan. Jadi, tak perli khawatir jika tubuhmu selalu merasa ingin bercinta karena reaksi itu cukup wajar. Baca selengkapnya

Biar Gak Drop dan Mudah Tertular COVID-19, Ini Tips Bangkitkan Imun

Wabah virus corona atau COVID-19 di Indonesia telah banyak mencabut nyawa. Untuk menjaga tubuh agar terhindar dari serangan virus tersebut salah satu cara nya adalah menjaga imunitas tubuh agar kuat dari terpaan virus. 

Lewat acara Hidup Sehat, Spesialis Gizi Klinik, dr Putri Adimukti M.Kes, M.Farm, SPGK mengungkapkan ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan imunitas tubuh kita. Salah satunya, jangan kemakan dengan kabar hoax tentang kesehatan.

Biar kamu gak terjebak sama kabar-kabar hoax tentang imunitas tubuh yang beredar, ada baiknya cek mitos dan fakta seputar imunitas tubuh. Yuk simak terus artikelnya. Baca selengkapnya

Ilmuwan Temukan Gejala Lain COVID-19, Muncul di Lidah

Gejala lain dari virus corona telah teridentifikasi, yaitu benjolan kecil di lidah. Para peneliti mengatakan bahwa ruam kulit di mulut harus dikenali sebagai tanda bahwa pasien mengidap COVID-19.

Dikutip laman Mirror, studi ini menguji ratusan pasien di rumah sakit sementara yang merawat pasien dengan virus corona di Madrid, Spanyol. Rata-rata usia pasien adalah 56 dan 58 persennya adalah wanita, demikian laporan The Sun.

Setengah dari pasien tersebut mengalami manifestasi mukokutan (sindrom kekurangan imun), dengan bagian tangan dan kaki terdampak secara khusus. Baca selengkapnya