Menelisik Jejak Sejarah Kota Depok

Ketua Umum Depok Herittage Community, Ratu Farah Diba
Sumber :
  • VIVA/Zahrul Darmawan

VIVA – Keturunan kaum mardijkers atau mereka yang dahulunya terkena stereotip sebagai Belanda Depok memperingati hari kematian Cornelis Chastelin pada 28 Juni 1714. Tepat di hari ini pula atau sekitar 305 tahun silam, mereka terbebas dari perbudakan.

“Iya, mereka kan menganggap dirinya terlahir ketika Chastelin wafat terus dibacakan mereka dimerdekakan. Jadi sebelum wafat, dia sudah menulis surat wasiat yang menyebut para budaknya itu dimerdekakan dan diberi tanah yang namanya Depok. Makanya mereka merasa terlahir,” kata Ketua Umum Depok Herittage Community, Ratu Farah Diba, Jumat, 28 Juni 2019.

Dan untuk menghormati jasa-jasa Cornelis Chastelin, akhirnya diperingati sebagai HUT Kaoem Depok yang kini telah berusia 305 tahun. Tadinya Kaoem Depok ada 12 marga, yakni Bacas, Isakh, Jacob, Jonathans, Joseph, Laurens, Leander, Loen, Samuel, Soedira, Tholense, dan Zadokh. Namun kini hanya menjadi 11 marga.

“Satu marga sudah enggak ada, yakni Zadokh enggak ada lagi keturunannya,” ujar Ratu Farah.

Dan tepat di hari kematian Cornelis Chastelin, sejumlah keturunan dari 11 marga itu pun hingga kini masih memberi penghormatan dengan berbagai kegiatan, seperti menggelar doa bersama di gereja di kawasan Jalan Pemuda. Selain itu, kegiatan lain yang bersifat menghibur sekaligus mengenang sejarah.

Ratu Farah pun berharap, sebanyak 40 titik yang diinventarisasi sebagai cagar budaya Depok era masa kolonial di kawasann Depok Lama itu bisa segera ditetapkan sebagai cagar budaya. Sembilan di antaranya saat ini diakui Ratu Farah sedang dalam proses penggodokan.

“Kami juga berharap sejarah ini bisa dinikmati oleh masyarakat umum. Kami juga berharap aset-aset sosial seperti makam, gereja, RS Harapan, SD Pancoran Mas, Jembatan Panus, SMP 1 Depok, ada juga rumah-rumah itu banyak termasuk rumah tinggalan banyak yang bisa dijadikan cagar budaya,” ujarnya.

Asal-usul Depok memang tak terlepas dari peran pejabat VOC bernama Cornelis Chastelein, pria kelahiran Amsterdam, Belanda, 10 Agustus 1657. Cornelis adalah keturunan Prancis berdarah biru alias bangsawan. Ibunya, Maria Cruydenier, warga Belanda, anak wali kota Dordrecht.

Di usia 17 tahun, bungsu dari delapan bersaudara itu mengawali kariernya di VOC, kemudian ikut ekspansi ke Batavia dengan kapal Huis te Cleeff pada 24 Januari 1675. Cornelis dan rombongan tiba di Batavia pada 16 Agustus pada tahun yang sama. Ia kemudian bertugas di bagian administrasi atau pembukuan pada Kamer van Zeventien.

Cornelis tumbuh menjadi pria dewasa dengan karier yang bagus. Sekitar tahun 1682, ia sukses menjadi pengusaha besar dan menikah dengan Catharina van Quaelborg dan memiliki seorang putra bernama Anthony. Dia diketahui juga memiliki putri angkat berdarah campuran bernama Maria.

Cornelis lalu mengundurkan diri dari pekerjaannya di VOC. Kemudian ia mendapatkan hak tanah, di antaranya di Sringsing, sekarang Serengseng Sawah, Jakarta Selatan, lalu Weltevreden (Gambir, Jakarta Pusat). Pada 18 Mei 1696, ia juga membeli lahan seluas 1.244 hektare (ha).

Jejak Kaoem Depok