Cegah COVID-19, Ini 4 Cara Meredam Stres Remaja saat PPKM Darurat

Ilustrasi mengendalikan masalah saat PPKM .
Sumber :
  • The New York Times

VIVA – Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat kembali diperpanjang untuk beberapa tempat lantaran kasus dan kematian COVID-19 masih tinggi. Meski bertujuan untuk menekan penambahan kasus, akan tetapi minimnya interaksi sosial di rumah dapat memicu stres pada remaja.

Selama masa PPKM Darurat, sebagian besar masyarakat dituntut beraktivitas di rumah, termasuk anak remaja. Sontak, kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan mental remaja, seperti stres, cemas, dan depresi.

Dikutip dari laman UNICEF Indonesia, Dr. Lisa Damour, seorang psikolog remaja, penulis best-seller dan kolumnis bulanan New York Times, menyebut tentang hal-hal yang bisa kamu lakukan untuk mempraktikan perawatan diri dan menjaga kesehatan mentalmu. Apa saja?

Sadari bahwa kecemasanmu adalah hal yang wajar

Jika penutupan sekolah dan judul-judul mengkhawatirkan di media membuatmu merasa cemas, kamu tidak sendirian. Malah, itu adalah hal yang sudah seharusnya kamu rasakan.

“Para psikolog sudah lama menyadari bahwa kecemasan adalah fungsi normal dan sehat yang bisa membuat kita waspada terhadap ancaman, dan membantu kita untuk mengambil tindakan untuk melindungi diri,” kata Dr. Damour.

Kecemasan akan membantumu mengambil keputusan yang harus dibuat saat ini, seperti tidak menghabiskan waktu bersama orang lain atau dalam kelompok besar, mencuci tangan dan tidak menyentuh wajah.

Perasaan-perasaan tersebut tidak hanya membantu menjaga dirimu, tapi juga orang lain. Hal inilah yang mencerminkan “bagaimana kita ikut menjaga anggota masyarakat. Kita juga memikirkan orang-orang di sekitar kita, lho.

"Merasa cemas mengenai COVID-19 memang hal yang benar-benar bisa dimengerti, tetapi pastikan bahwa kamu “menggunakan sumber yang terpercaya (seperti situs UNICEF atau WHO) ketika mencari informasi, atau cek kembali informasi yang kamu dapatkan apakah berasal dari saluran yang kurang bisa diandalkan reliabilitasnya,” nasihat Dr. Damour.

Cari pengalihan

Ilustrasi remaja.

Photo :
  • Pixabay

“Menurut para psikolog, ketika kita berada dalam kondisi yang sangat sulit, akan sangat membantu untuk mengenali masalah menjadi dua kategori: Hal-hal yang bisa kita kendalikan, dan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan,” kata Dr. damour.

Saat ini ada banyak hal yang jatuh pada kategori kedua, dan itu tidak apa-apa. Tapi satu hal yang bisa membantu kita untuk menghadapi situasi tersebut adalah dengan mencari pengalihan untuk kita sendiri.

Mengerjakan PR, menonton film kesukaan, atau membaca novel sebelum tidur adalah hal-hal yang disarankan oleh Dr. Damour untuk mencari pelampiasan dan menemukan keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.

Bisa juga dengan melakukan program edukasi yang baru, seperti yang dilakukan AkzoNobel dan SOS Children’s Villages Indonesia yang telah mempersiapkan program employability dan entrepreneurship di Banda Aceh melalui pelatihan pembuatan mebel dari bahan kayu dan besi, sedangkan di Meulaboh akan difokuskan pada kegiatan hidroponik.

Ke depannya, beberapa program lain seperti online mentoring, pelatihan teknik dan praktik pengecatan, dan dukungan pendidikan remaja juga telah disiapkan.

Menurut Presiden Direktur PT ICI Paints Indonesia (AkzoNobel Decorative Paints Indonesia), Indra Laban, dalam keterangan persnya, program inisiasi pertama yang akan dijalankan di Banda Aceh dan Meulaboh bertujuan untuk memperkuat kapasitas remaja melalui peningkatan pengetahuan dan pelatihan kewirausahaan serta memberikan keahlian untuk menuju kemandirian.

"Tantangan bagi para remaja saat ini begitu besar, mereka harus mempersiapkan kemandiriannya di tengah kondisi dunia yang berat dan sulit. SOS Children’s Villages Indonesia melihat adanya kebutuhan untuk para remaja diberikan bekal agar dapat membangun masa depannya dengan baik," tutur Gregor Hadi Nitihardjo, National Director SOS Children’s Villages Indonesia.

Temukan cara baru untuk berkomunikasi dengan teman-teman
 

Jika kamu ingin bersosialisasi dengan teman di tengah kondisi social distancing, media sosial adalah solusi yang bagus untuk berkomunikasi. Salurkan kreativitasmu: Ikuti Tik-Tok challenge.

"Saya tidak akan pernah meremehkan kreativitas remaja,” kata Dr. Damour, “Menurut saya, remaja akan menemukan cara untuk [terhubung] dengan satu sama lain secara online melalui cara yang belum pernah dilakukan sebelumnya.”

Ilustrasi TikTok | Photo by cottonbro on Pexels.com

Photo :
  • U-Report

Tetapi memiliki akses tanpa batas ke layar kaca atau media sosial itu bukan hal yang bagus. Ia merekomendasikan agar kamu mendiskusikan dengan orangtua untuk mengatur jadwal screen time, yaitu waktu yang Kamu habiskan di depan televisi/gadget untukmu.

"Akses tanpa batas di media sosial adalah hal yang tidak sehat dan tidak cerdas, dan bahkan bisa menambah rasa cemasmu,” tutur Dr. Damour.

 Fokuslah pada dirimu

Pernahkah kamu berniat untuk belajar hal baru, membaca buku baru, atau belajar cara memainkan alat musik tertentu? Sekarang lah saatnya untuk melaksanakannya. Fokus pada diri sendiri dan mencari cara untuk memanfaatkan waktu tambahan yang kamu dapatkan adalah cara yang produktif untuk menjaga kesehatanmu.

“Saya sendiri sudah membuat daftar buku-buku yang ingin saya baca dan hal-hal yang dari dulu sudah ingin saya lakukan,” ujar Dr. damour.