Telusuri Profesi Detektif Swasta, Nyata atau Imajinasi Belaka?
VIVA Lifestyle – Film bertema detektif selalu mencuri perhatian. Sosok detektif di film-film tersebut selalu punya cara tersendiri dalam mengungkap misteri di balik suatu kasus.
Anda mungkin akan terbawa suasana saat sang detektif menguliti satu per satu klue yang didapat. Tapi, pernahkah Anda berpikir bahwa pekerjaan tersebut real atau imajinasi belaka?
Fakta mengungkapkan bahwa pekerjaan sebagai detektif itu benar adanya. Salah seorang detektif yang mau membagikan kisah hidupnya adalah detektif Jubun.
Kisah Detektif Jubun
Detektif Jubun mengaku bahwa apa yang dilihat masyarakat selama ini mengenai sosok detektif lewat film atau buku kurang lebih sama dengan realita di kehidupan nyata. Di Indonesia, profesi ini pun ada dan kliennya sampai ke kalangan artis.
"Ya, tidak jauh berbeda dengan karakter detektif di film-film, pekerjaan kami di dunia nyata pun menangani banyak kasus, mulai dari kasus orang hilang, penipuan, hingga kasus perselingkuhan," terang detektif Jubun dalam keterangan resminya.
"Klien pun datang dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan masyarakat biasa, ibu rumah tangga, hingga artis," tambahnya.
Soal kasus apa yang paling banyak ditangani, detektif Jubun menjelaskan bahwa kasus perselingkuhan jadi top cases sejauh ini.
"80% kasus yang saya tangani adalah kasus perselingkuhan, walau kasus orang hilang yang dicari sampai ke luar negeri pun pernah dikerjakan," ujarnya.
Pada kasus orang hilang yang dicari sampai ke luar negeri, detektif Jubun biasanya bekerja tak sendiri. Ia akan menghubungi relasinya yang ada di luar negeri untuk melancarkan aksi.
Kalau ditanya berapa lama kasus terkuak, detektif Jubun mengaku waktu yang dibutuhkan sekitar 2 minggu hingga 2 bulan. Ini tergantung dari tingkat kesulitan dan momentum.
Lantas, bagaimana cara kerja seorang detektif?
Detektif Jubun menjelaskan, tak jauh berbeda dengan yang ada di film-film, seorang detektif akan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, lalu profiling, hingga mendatangi lokasi yang biasa dikunjungi target seperti tempat kerja hingga tempatnya nongkrong.
"Setidaknya ada 3 tim besar dalam bisnis ini, tim pemantau media sosial, tim pengintai, dan tim penyusup," ujar detektif Jubun yang kini sudah mendirikan perusahaan investigasi bernama Aman Sentosa Investigation Agency (ASIA) yang sudah beroperasi sejak 2013.
Seperti apa kerja dari setiap tim itu?
Detektif Jubun menjelaskan, kalau tim pemantau media sosial, mereka bertugas menggali informasi mengenai target melalui media sosial, aplikasi kencan, hingga data di internet.
Lalu, tim pengintai akan terjun langsung ke lapangan untuk mengambil bukti foto atau video keseharian target dari pagi hingga petang.
Bagaimana dengan tim penyusup? detektif Jubun menjelaskan, tim penyusup biasanya memiliki paras yang cantik atau ganteng, mereka juga dituntut untuk lihai berkomunikasi.
"Informasi lebih mudah digali oleh lawan jenis. Subjektif memang, tapi terbukti ampuh di banyak kasus yang ditangani," terangnya.
Apa yang dibicarakan klien dengan detektif sebelum memulai penyelidikan?
Menurut penuturan detektif Jubun, ia akan membuat kesepakatan terlebih dulu dengan klien.
Kedua belah pihak akan bertanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan misi ini dan identitas agen pun perlu dirahasiakan. Sementara itu, temuan tak boleh diakses oleh pihak selain klien.
"Jadi, detektif akan bertemu dengan klien, mendengarkan cerita permasalahannya. Setelah itu, melakukan pemeriksaan awal mulai dari biaya yang akan dibutuhkan, waktu pengerjaan, hingga apa saja yang dikerjakan. Ritme ini dipraktikan untuk semua jenis kasus," tambahnya.
Detektif Jubun pun tak ragu membocorkan soal biaya yang dibutuhkan. Menurutnya, besaran tarif yang dibutuhkan akan tergantung dari kasus yang ditangani.
"Tapi, tarif yang dikeluarkan untuk jasa detektif ini mencapai Rp8 juta hingga Rp200 juta. Menurut saya, itu angka yang sepadan dengan hasil yang dibutuhkan klien," ungkapnya.