Penampakan Kapal Hantu Armada Pertahanan AS

Kapal hantu
Sumber :
  • amusing planet

VIVA.co.id – Setelah Perang Dunia Kedua, Amerika Serikat membentuk armada pertahanan dengan nama National Defense Reserve Fleet (NDRF). Armada ini terdiri dari sebagian besar kapal dagang, yang dapat diaktifkan dalam waktu 20 sampai 120 hari untuk memberikan pengiriman selama keadaan darurat nasional, baik militer maupun non-militer, seperti krisis pengiriman komersial. 

Puncaknya pada 1950, NDRF terdiri dari 2.277 kapal di delapan tempat berlabuh. Di antaranya James River, Virginia, Beaumont, Texas, Teluk Suisun, California, Stony Point, New York, Wilmington, North Carolina, Mobile, Alabama Astoria, Oregon, dan Olympia, Washington.

Setelah masa itu, dilansir Amusing Planet, Jumat 2 Juni 2017, pengabaian bertahun-tahun telah mengubah kapal-kapal ini menjadi bangkai kapal, bahkan disebut-sebut berhantu.  

Kapal itu pun meninggalkan cat yang mengelupas yang mencemari perairan dengan logam berat dan bahan kimia berbahayanya. Terhitung 30 April 2014, hanya tersisa 122 kapal yang tertinggal di NDRF. Dari jumlah yang tinggal sedikit itu pula jumlahnya terus berkurang.

Sejak didirikan, kapal NDRF digunakan dalam tujuh situasi perang dan krisis. 2.277 kapal itu pun banyak dipergunakan untuk membantu penyimpanan segala bentuk kebutuhan, seperti membawa batu bara, gandum ke beberapa negara maupun instansi

Sedangkan dalam keadaan krisis, ada beberapa kapal yang diaktifkan. Kemudian pada 1976, NRF diperkuat oleh Armada Cadangan Siap atau Ready Reserve Fleet (RFF) untuk menyediakan keadaan darurat militer. 

Setelah banyak peristiwa dan konflik yang tak terbendung selama bertahun-tahun, akhirnya Administrasi Maritim Federal (MARAD) telah membuang kapal-kapal usang baik dengan mengirim mereka ke halaman belakang untuk didaur ulang atau menenggelamkan mereka untuk digunakan sebagai terumbu buatan, seperti kapal Kittiwake yang tenggelam di dekat Kepulauan Cayman.

Yang paling parah terkena dampaknya adalah Armada Teluk Suisun. Pada puncaknya, pada 1952, teluk itu memiliki 340 kapal berlabuh. Saat ini, kurang dari 50 kapal tetap ada namun masih menyumbang jumlah kapal terbesar dari tiga jangkar yang terdiri dari NDRF.

Kapal-kapal tersebut telah mencemari teluk, yang merupakan area lingkungan kritis untuk ikan dan satwa liar, dengan bahan-bahan beracun. MARAD telah berjanji mengurangi armada secara bertahap, dengan 25 kapal dalam kondisi terburuk diambil dalam waktu dua tahun dan sisanya pada musim gugur 2017.