Duh, Hobi Wisata Kuliner Bisa Sebabkan Katarak
- Pixabay/ShenXin
VIVA – Jika Anda gemar wisata kuliner mungkin artikel ini bisa jadi semacam warning. Karena tahukah Anda jika hobi lakukan wisata kuliner terkait dengan potensi katarak?
Pakar kesehatan mata dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. dr. Suhardjo, SU., Sp.M(K)., mengingatkan, para pecinta kuliner harus mampu menahan diri dan menjaga pola hidup sehat. Berkembangnya tren wisata kuliner saat ini, menurutnya mampu meningkatkan risiko katarak.
Lebih lanjut ia menegaskan bahwa potensi katarak terjadi akibat diabetes mellitus yang berawal dari pola konsumsi yang tidak sehat. “Kalau makannya ngawur, risiko katarak itu meningkat,” ujarnya kepada VIVA di Yogyakarta Selasa 6 Maret 2018.
Ia mengingkatkan, pola makan ngawur serta tidak memerhatikan pola gizi seimbang akan menyebabkan seseorang berisiko terkena DM (diabetes mellitus). “Diabetes mellitus meningkatkan risiko terkena katarak hingga 2,5 kali,” katanya.
Apalagi jika pasien diabetes itu merokok, dikatakannya nilai potensi risiko meningkat hingga tiga kali lipat.
Di Indonesia peningkatan jumlah penderita katarak rata-rata terjadi hingga 250.000 orang per tahun. Sedangkan kemampuan penyelenggaraan operasi katarak baru sekitar 180.000 orang per tahun. “Jadi setiap tahun terjadi backlog hingga 70.000 orang,” katanya.
Dengan demikian jumlah penderita katarak akan semakin meningkat. Diakuinya untuk melakukan operasi katarak, terkadang penderita terhambat oleh besarnya biaya yang harus ditanggung sebesar kurang lebih Rp4 juta.
Padahal, 4,8 persen penderita katarak ini masuk dalam golongan tidak mampu. Di sisi lain, 9,1 persen penderita katarak mengaku takut dioperasi. Sedangkan selebihnya penderita katarak minim pengetahuan dan tidak tahu bahwa katarak dapat disembuhkan dengan operasi.