Penyakit Ginjal pada Anak Bikin Tumbuh Lambat

Ilustrasi ginjal.
Sumber :
  • http://beritauniklucumenggemaskan.blogspot.co.id

VIVA – Penyakit tidak menular berkontribusi atas 63 persen angka kematian penduduk dan 1,2 juta kematian anak di dunia. Salah satunya adalah penyakit ginjal yang makin banyak ditemukan pada anak di Indonesia.

Penyakit ginjal adalah salah satu penyakit yang menyebabkan ginjal tidak berfungsi dengan baik, yang berakibat pada gangguan keseimbangan cairan dan zat-zat yang harus dikeluarkan oleh ginjal.

Tidak hanya itu, anak-anak yang mengidap penyakit ginjal juga berpotensi mengalami pelambatan pertumbuhan. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan anak dipengaruhi oleh gagal ginjal tergantung pada usia anak ketika gagal ginjal terjadi.

Secara umum, anak-anak dengan penyakit ginjal kronis cenderung lebih kecil tubuhnya dibandingkan anak-anak lain, dan mereka mungkin akan lebih lama untuk berkembang secara seksual. Hal ini mengingat adanya protein yang keluar dari tubuh melalui urine. 

"Secara normal, urine tidak boleh mengandung protein. Sebab protein dari telur, daging, tahu, tempe yang dikonsumsi oleh anak itu akan berfungsi untuk menambah berat badan anak, jadi seharusnya tidak boleh bocor ke urine," kata dr. Eka Laksmi Hidayati, saat ditemui di kawasan Tanjung Duren Jakarta Barat, Minggu 18 Maret 2018. 

Tidak hanya itu, anak-anak dengan penyakit ginjal kronis juga diketahui mempengaruhi kecerdasan kognitifnya. "Secara teoritis memang pasti bisa mengganggu kognitif, terutama kalau dari kecil seperti ini, maka akan mengalami gangguan hemoglobin rendah," ujar dia. 

Eka menjelaskan, normalnya hemoglobin pada orang normal ada pada angka 10 hingga 11, sedangkan hemoglobin pada anak dengan penyakit ginjal hanya berkisar di angka 6, 7 atau 8. Padahal, hemoglobin sangat diperlukan untuk masa pertumbuhan. 

"Kita itu hidup membutuhkan hemoglobin yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan itu kan kemampuan organ termasuk kognitif. Jika hemoglobinnya rendah kemungkinan pasokan oksigen terganggu bukan hanya di otak tapi juga ke seluruh organ, termasuk jantung," kata Eka.

Untuk itu, pentingnya deteksi dini sebagai upaya pencegahan dampak terburuk bagi anak.  "Sebetulnya dengan baiknya terapi yang diberikan dan secara dini hal tersebut bisa dicegah. Sebelum gejala tersebut menjadi mengganggu (komplikasi ke organ) lain," tuturnya. (ase)