Sering Main Gadget Bisa Picu Saraf Leher Kecetit

Ilustrasi leher.
Sumber :
  • Pixabay/pexels

VIVA – Gaya hidup masyarakat modern saat ini tak bisa dijauhkan dari perangkat pintar. Risiko penyakit yang timbul akibat kebiasaan tersebut juga semakin banyak. Salah satu yang tidak disadari adalah spondylosis cervical atau lebih awam dikenal sebagai kecetit saraf leher. 

Mungkin Anda berasumsi bahwa kecetit leher dikaitkan dengan masalah otot (spasme otot), padahal gejala nyeri serupa yang timbul di area leher mungkin saja terjadi akibat spondylosis cervical.

kecetit saraf leher (spondylosis cervical) adalah kondisi yang biasa diderita oleh orang usia 40an ke atas. Namun tak menutup kemungkinan usia muda bisa terkena penyakit yang amat menyakitkan dan tidak bisa dikenali kecuali melalui rontgen. Hal ini tak lain karena gaya hidup anak zaman sekarang yang terlalu asik dengan gawai mereka, dan mengabaikan posisi leher. 

"Yang dominan pekerjaan dan lifestyle. Apalagi dengan gadget ini orang nunduk berjam-jam, tidak sadar bahwa leher itu butuh istirahat," kata Dokter Spesialis Bedah Saraf, dr. M.Sofyanto SpBS, dalam media briefing Operasi Batang Otak dengan teknik AMD, di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan.

Dari penjelasannya, posisi tulang leher normalnya agak bengkok ke belakang, justru akan bermasalah saat tulang leher mulai memiliki posisi lurus atau justru bengkok ke depan. Kebiasaan yang biasanya membuat tulang leher menekuk ke depan ini adalah menonton televisi sambil tiduran. 

"Apalagi nonton tv sambil tiduran bantal dua, nonton satu jam, tapi ditonton tv sampai ketiduran itu beban buat leher. Dua tahun rusak, berikutnya setelah rusak, tulang ketemu tulang tiap hari, itu baru proses pengapuran," imbuhnya. 

Masalah yang ditemui di Indonesia, umumnya pasien datang dengan kondisi sudah mengalami pengapuran, yang artinya telah terjadi kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut selama dua tahun. Karena di tahap awal, yang rusak adalah bagian bantalan leher. 

Jangan sepelekan penyakit ini, karena jika semakin parah, sangat mungkin pasien mengalami kelumpuhan. Jika sumsum yang tertekan, pasien akan mengalami gangguan bernapas, gerakan usus yang lambat akhirnya juga memengaruhi buang air besar, buang air kecil yang tidak bisa ditahan. 

Oleh sebab itu, Sofyan menyarankan agar sebaiknya membiasakan mengurangi waktu bermain gawai, maksimal dua jam dan usahakan dalam posisi kepala dan leher tidak menunduk.

Kemudian, bagi pekerja kantoran, usahakan untuk memposisikan komputer tidak dibawah yang membuat leher harus menunduk, kemudian jangan membawa apapun di tempat tidur. 

"Tempat tidur di desain bukan untuk duduk, tapi untuk tidur yang nyaman, apalagi belajar, bekerja di tempat tidur. Kursi malas lebih bagus jangan di tempat tidur," lanjutnya.