Studi: Orang Egois Punya Anak Sedikit dan Penghasilan Lebih Kecil

Ilustrasi orang egois.
Sumber :
  • Pexels/freestocks.org

VIVA – Sebuah studi baru mengungkap, orang yang punya sifat egois akan memiliki anak lebih sedikit dan penghasilan yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak egois.

Para peneliti dari University of Stockholm menyatakan kalau konsep orang yang egois bisa menambah lebih banyak uang karena cara hemat mereka adalah omong kosong, setelah mereka menemukan bahwa orang yang memiliki perilaku tanpa pamrih pada kenyataannya memiliki kemungkinan besar mendapatkan pemasukan lebih besar dan keluarga yang lebih banyak.

Diterbitkan di Journal of Personality and Social Psychology, studi berjudul Generosity pays: Selfish people have fewer children and earn less money memfokuskan pada keegoisan dari perspektif ekonomis dan evolusioner.

Hasil studi ini didasarkan pada analisis empat studi mayor terhadap 60.000 orang Amerika dan Eropa, yang mengukur keegoisan lewat sikap dan perilaku yang dilaporkan.

Berkolaborasi dengan Institute for Futures Studies dan University of South Carolina, para peneliti di Stockholm University melihat pada bagaimana keegoisan berhubungan dengan penghasilan dan kesuburan secara spesifik.

Dilansir dari laman The Independent, studi tersebut menemukan bahwa orang yang tidak egois cenderung memiliki tingkat kesuburan lebih tinggi dan penghasilan lebih besar dibandingkan orang egois. Meskipun penghasilan lebih besar ditemukan di antara orang-orang yang diklasifikasikan cukup tidak egois.

"Hasilnya jelas baik dalam data orang Amerika dan Eropa. Orang paling tidak egois memiliki anak paling banyak, dan orang yang cukup tidak egois mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi," jelas Kimmo Eriksson, penulis studi dan peneliti di Centre for Cultural Evolution di Stockholm University.

Eriksson melanjutkan, mereka juga menemukan bahwa hasil studi ini selama beberapa waktu, menunjukkan bahwa orang yang paling pemurah pada satu titik waktu memiliki peningkatan gaji lebih besar ketika para peneliti mengunjungi mereka beberapa waktu setelahnya.

Para peneliti juga mempelajari perkiraan orang  jika mereka menyelaraskan dengan datanya. Hasilnya menunjuk bahwa secara umum orang memiliki perkiraan yang tepat bahwa orang egois memiliki anak lebih sedikit, tapi banyak yang meyakini tidak tepat orang egois mendapatkan penghasilan lebih banyak.

Para peneliti meyakini bahwa hubungan sosial yang membaik bisa menjadi kunci kesuksesan orang pemurah dari sudut pandang ekonomi, tapi memberi catatan bahwa riset mereka tidak secara pasti menjawab pertanyaan ini.

"Riset di masa depan harus menggali lebih dalam penyebab kenapa orang yang pemurah mendapatkan lebih banyak, dan melihat apakah kaitan antara keegoisan, penghasilan lebih tinggi, dan lebih banyak anak juga ada di bagian lain dunia ini," ujar rekan peneliti Brent Simpson dari University of South Carolina.

Simpson menambahkan, ini masih bisa diperdebatkan seberapa tidak egois yang diperlukan untuk memiliki lebih banyak anak.

Ini bukan pertama kalinya kaitan antara kekayaan dan keegoisan diteliti.

Tahun lalu, sebuah studi oleh University of California menemukan bahwa orang dengan penghasilan lebih rendah cenderung menemukan kebahagiaan pada orang lain, melalui perasaan cinta dan kasih sayang. Sementara orang yang kaya menemukan kebahagiaan pada sifat yang melibatkan diri, seperti harga diri.