Kemenkes: Kasus DBD Meningkat karena Kebiasaan Buruk Masyarakat

Demam Berdarah Kembali Mewabah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Anis Efizudin

VIVA – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali terjadi di sejumlah daerah di Indonesia hingga saat ini. Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI drg. Oscar Primadi, MPH, lonjakan kasus itu tidak hanya disebabkan oleh nyamuk, melainkan perilaku manusia yang tidak melakukan pola hidup sehat dan tidak acuh pada lingkungan yang menjadi tempat sarang nyamuk.

Oscar menganggap persoalan DBD bukan hanya bersumber dari nyamuk, tapi ada perilaku manusia yang menyebabkan perindukan nyamuk meningkat. Perilaku tersebut misalnya membiarkan pakaian bekas pakai tergantung, tidak menguras bak, membiarkan genangan air di sekitar tempat tinggal. Belum lagi saat ini telah masuk musim hujan dengan potensi penyebaran DBD lebih tinggi.

“Musim penghujan inilah yang kalau kita tidak peduli dengan lingkungan, tidak mau menguras bak mandi, apalagi ban-ban bekas banyak dibiarkan di dekat pemukiman, botol-botol bekas, kaleng-kaleng bekas, dan plastik-plastik bekas minuman kemasan dapat meningkatkan jumlah penyebaran DBD,'' kata Oscar dalam siaran persnya.

Indonesia merupakan endemis DBD, Oscar mengatakan masalah DBD adalah masalah lingkungan dan cara mengatasinya perlu tindakan tidak hanya dari pemerintah, tapi dari setiap individu di lingkungannya masing-masing.

Peringatan ini sudah disikapi oleh sejumlah dinas kesehatan di berbagai daerah. Ia menegaskan bahwa demam berdarah ini memang endemis di seluruh Indonesia, karena persoalan lingkungan.

Kementerian Kesehatan, tambah Sekjen, sudah memahami bahwa akan terjadi lonjakan-lonjakan kasus DBB. Karena itu pada November 2018 Kemenkes telah mengirimkan surat edaran kewaspadaan peningkatan kasus DBD kepada semua gubernur.

Kemenkes juga mengirimkan logistik seperti insektisida, larvasida ke daerah-daerah. Selain itu pemerintah daerah telah melakukan upaya pencegahan DBD seperti penyelidikan epidemiologi dan penyuluhan, semuanya dilakukan secara komprehensif.

Pemerintah daerah juga telah membentuk kelompok kerja operasional (Pokjanal) dalam mengatasi masalah DBD di daerahnya masing-masing. Selain itu disiagakan juga rumah sakit untuk merawat pasien DBD, karena penderita DBD perlu perawatan intensif di rumah sakit.

“Dalam kondisi seperti ini, semua pihak harus peduli, tidak hanya berharap pada pelayanan kesehatan, tidak hanya berharap pada petugas kesehatan, tapi juga aktivitas Pokjanal DBD di daerah ini harus dikerahkan karena persoalannya adalah lingkungan, tanpa sadar kita membiarkan nyamuk bersarang di lingkungan kita karena tingkat kepedulian rendah,'' kata Oscar. (ren)