Picu Kematian, Vape Tak Lebih Baik dari Rokok

Rokok elektrik atau vape.
Sumber :
  • pixabay/LindsayFox

VIVA – Dalam beberapa waktu belakangan, dilaporkan kejadian-kejadian yang menunjukkan adanya korban yang jatuh akibat konsumsi rokok, yang sebagian besar menyangkut masalah penyakit paru. Mulai dari 53 kasus yang dipublikasikan oleh New England Journal, sampai dilaporkannya 215 penyakit paru terkait vaping atau vape oleh US Health Officials.

Sampai hari ini, telah ditemukan enam kematian di Amerika Serikat yang dinyatakan terkait konsumsi rokok elektronik. Setidaknya, lebih dari 450 orang dirawat di RS akibat penyakit baru terkait konsumsi rokok elektronik yang rata-rata mengalami keluhan napas berat, batuk, sakit sekitar dagu, kelelahan, mual dan demam.

"Rokok elektronik berhubungan dengan gangguan pernapasan akut berat. Bahkan sekarang ada istilah khusus VAPI, yaitu vape associated pulmonary injury yang berisiko menyebabkan terjadinya kematian," ucap Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), DR. dr. Agus Dwi Susanto Sp.P(K)., dikutip dari rilis yang diterima VIVA, Rabu, 25 September 2019.

Sementara itu, Dr. BRM. Aryo Suryo Kuncoro, SpJP, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) menyebutkan bahwa risiko serangan jantung meningkat sampai 56 persen dan terdapat kecenderungan terkena stroke sampai 30 persen. Penelitian menunjukkan adanya kerusakan sel pembuluh darah segera setelah vaping akibat nikotin dan zat perasa di dalam cairan rokok elektronik.

"Dikarenakan zat yang dihisap menyebar ke seluruh tubuh mengakibatkan kerusakan pembuluh darah secara sistemik," kata dokter Aryo.

Begitu pun efek rokok elektronik pada anak dan remaja tidak hanya merusak pada fase akut dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan jangka panjang. Akibatnya, bagian otak yang mengatur perhatian, ingatan, proses belajar, suasana hati dan kendali diri akan terganggu dan gangguan ini mudah menetap.

"Pajanan nikotin, walaupun hanya sedikit, dapat dengan mudah dan cepat menimbulkan adiksi, dan pada saat yang sama mengganggu perkembangan sinapsis. Penggunaan rokok elektronik juga mengantar pada penggunaan rokok konvensional," ujar  Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Catharine M. Sambo, Sp.A(K) di kesempatan yang sama. (ldp)