Tak Banyak yang Tahu, Nyamuk Jauh Lebih Mematikan Dibanding Hiu

Ilustrasi nyamuk.
Sumber :
  • Pexels/icon0.com

VIVA – Sekilas rahang hiu memang jauh lebih mematikan dibandingkan dengan gigitan nyamuk. Hiu juga seringkali dikenal sebagai hewan pemburu yang tangguh dan cerdas. 

Sebab itu banyak orang cenderung lebih takut kepada hiu dibandingkan dengan gigitan nyamuk. Tapi, seperti yang dijelaskan Bill Gates untuk Hari Nyamuk Sedunia tahun lalu, masyarakat seharusnya lebih khawatir tentang nyamuk daripada hiu.

"Saya benci nyamuk. Penyakit yang mereka sebarkan membunuh lebih dari setengah juta orang setiap tahun.  Faktanya, nyamuk membunuh lebih banyak orang dalam satu hari daripada membunuh hiu dalam 100 tahun," ungkap Gates dalam salah satu Tweetnya. 

Penyakit-penyakit yang ditularkan nyamuk, seperti malaria, demam berdarah, dan Zika, menjadikan mereka salah satu hewan paling mematikan di dunia. Nyamuk bertanggung jawab atas jutaan kematian.

Memang, seperti yang ditampilkan sejumlah data nyamuk membunuh lebih banyak orang setiap hari daripada yang dimiliki hiu sepanjang abad ini. Data WHO mencatat Hiu hanya menyebabkan 1035 kematian dalam seratus tahun. Sementara nyamuk bertanggung jawab atas 1470 kematian hanya dalam satu hari. 

Sebuah laporan yang dirilis awal tahun ini juga menunjukkan bahwa perubahan iklim hanya akan memperburuk masalah. Kisaran dua spesies kunci penyebaran penyakit Aedes aegypti dan Aedes albopictus diatur untuk berkembang secara signifikan pada pertengahan abad ini.

"Jika tidak ada tindakan yang diambil untuk mengurangi laju saat ini di mana iklim sedang memanas, kantong habitat akan terbuka di banyak daerah perkotaan dengan sejumlah besar individu yang rentan terhadap infeksi," jelas Moritz Kraemer, rekan penulis laporan dan ilmuwan penyakit menular di Rumah Sakit Anak Boston dan Universitas Oxford.

Setiap tahunnya juga diperingatkan Hari Nyamuk Sedunia diadakan pada tanggal 20 Agustus setiap tahun. Peringatan penemuan Sir Ronald Ross bahwa nyamuk betina menularkan malaria di antara manusia. Dia dianugerahi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1902 untuk karyanya tentang penyakit.