Kemiskinan jadi Pemicu Banyaknya Penderita TB di Garut

Ilustrasi pasien TBC.
Sumber :
  • Dokumentasi IPB

VIVA – Kemiskinan di Kabupaten Garut, Jawa Barat menjadi salah satu sebab kasus tuberkulosis sebagai salah satu yang tertinggi di wilayah Jawa Barat. Hal ini diungkapkan oleh Bupati Garut Rudy Gunawan saat focus group discussion di kantornya, Selasa, 28 Januari 2020. 

Ia memaparkan bahwa meski tingkat kemiskinan masyarakat Kabupaten Garut mengalami penurunan, masih banyak rumah tidak layak huni yang ditempati oleh warganya. Seperti diketahui pada 2017 angka kemiskinan di Kabupaten Garut mencapai 11,28 persen, pada 2018 angka itu menurun 2 persen menjadi 9,28 persen.

Kepadatan penduduk serta kurangnya sirkulasi udara inilah yang menurut Rudy menjadi salah satu faktor seorang lebih berisiko terpapar Tubercolosis (TB atau TBC).

"Kami dihadapkan kepada persoalan yang berhubungan dengan rumah layak huni. Kami di Garut berdasarkan data sekitar 70 ribu rumah masih tidak layak huni, masih banyak rumah dari bambu, rumah itu sudah berusia lanjut sehingga ada bakteri," ungkap Rudy. 

Tidak hanya itu, menurutnya masih banyak rumah di Garut yang tidak memiliki MCK dan sirkulasi udara yang memadai, untuk udara dan sinar masuk ke dalam rumah. Oleh karena itu pihaknya akan menggandeng sejumlah pihak berupaya merenovasi beberapa rumah. Hal tersebut tidak lain untuk mengurangi risiko terjadinya tuberkulosis di Garut. Ia juga telah menyiapkan anggaran sebesar Rp10 miliar untuk merenovasi rumah tidak layak huni.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Garut dr. Maskut Farid MM, juga sempat memaparkan bahwa pada tahun 2019 diperkirakan ada 5.845 kasus tuberkulosis yang terjadi di kota Garut. Sedangkan yang baru ditemukan dan diobati hanya baru sekitar 81,9 persen atau sekitar 4788. 

Maskut mengatakan masih ada sekitar 19,1 persen kasus yang masih belum terlaporkan atau under reporting.