Adakah Obat Mujarab untuk Mengobati Kanker? Ini Kata Dokter

Ilustrasi Pasien Kanker
Sumber :
  • Pixabay/Unsplash

VIVA – Jumlah penderita kanker di Indonesia tergolong tinggi. Menurut data dari Globocan tahun 2018, angka kejadian penyakit kanker di Indonesia berada di urutan delapan di Asia Tenggara.

Dengan angka memprihatinkan tersebut, apakah ada obat yang benar-benar dapat mengobati kanker, mengingat penyakit ini tergolong salah satu yang mematikan? Atas pertanyaan ini, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Griska Lia Christine, Sp-PD., memberikan tanggapannya.

"Jadi gini, definisi kanker itu, misalnya kanker payudara sudah kita lakukan operasi, lalu kemoterapi, dan radiasi. Memang secara klinis setelah kita lakukan CT scan, pemeriksaan penanda tumor, fisik, kita bisa nyatakan sembuh,” ujarnya di Mr. Bitsy Kuningan City, Jakarta Selatan, Selasa 4 Februari 2020.

“Tapi kita selalu peringatkan, bahwa ini bisa saja tumor yang tidur, yang tidak tertangkap pada pemeriksaan, someday bisa muncul lagi," tambahnya.

Griska menambahkan, meski kanker pada seseorang sudah dinyatakan sembuh, orang yang bersangkutan harus tetap memeriksakan diri beberapa bulan sekali. Agar, jika sel kanker tersebut muncul lagi, bisa terdeteksi dan bisa cepat dilakukan penanganan. Griska juga menegaskan, setiap jenis kanker memiliki obat yang berbeda-beda.

"Misalnya kanker payudara, kita tentukan dulu ini sudah di stadium berapa. Lalu, kita tentukan reseptor hormonnya apa, apakah hormon estrogennya positif, progesteronnya positif. Lalu, penanda kankernya Her2 itu harus dicek juga,” ucapnya.

Ibaratnya, setiap reseptor hormon itu punya obat yang berbeda dan tingkat kesembuhannya juga berbeda.

Jadi, banyak faktor yang dijadikan acuan untuk menentukan apakah seseorang sudah terbebas dari kanker atau belum. Resposn pasien terhadap obat yang dikonsumsi dan kepatuhan pasien, juga menjadi faktor penentu yang sangat penting.

Kabar baiknya, pengobatan kanker di dunia sudah semakin berkembang.

"Memang ada beberapa obat yang belum masuk ke Indonesia, tapi sekarang obat bukan hanya kemoterapi, radiasi, tapi ada juga target terapi. Jadi, ibaratnya setiap sel sudah punya semacam antena, nah nanti antena yang rusak itu akan kita ganti,” kata dia.

“Kalau dulu kan satu antena reseptor rusak, kita harus ganti semua. Kalau sekarang sudah sangat spesifik. Semua itu punya obat masing-masing. Jadi respons terhadap terapi akan positif dan efek sampingnya tidak besar," ujarnya.

Menurut Griska, sekarang screening juga sudah semakin canggih. Jadi, penyakit kanker bisa dideteksi sejak dini. Apalagi jika pasien tersebut sudah memiliki pengetahuan yang baik seputar kanker, maka penyakit ini bisa dideteksi saat masih stadium satu.