Virus Penyebab COVID-19 Selalu Berubah-ubah, Apa Artinya?

Ilustrasi virus corona/COVID-19/laboratorium.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Selain terus berusaha mencari vaksin yang cocok untuk mengobati virus corona atau COVID-19, para ilmuwan dan pakar di seluruh dunia juga mengawasi mutasi virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-CoV-2. 

SARS-CoV-2 adalah virus RNA berantai tunggal dan ketika virus memasuki sel-sel tubuh manusia, ia kemudian membuat salinan baru untuk menginfeksi sel-sel lain. Namun, dalam proses replikasi, virus ini membuat kesalahan dalam genomnya. 

Perubahan permanen dalam urutan RNA virus ini menghasilkan mutasi permanen. Secara umum, virus RNA cenderung memiliki tingkat mutasi yang tinggi, jika dibandingkan dengan virus DNA.

Sebagian besar mutasi pada virus tidak menyebabkan keuntungan atau kerugian besar, baik untuk virus atau tuan rumahnya. Virus akhirnya bermutasi sangat lambat dan membuat perubahan kecil pada dirinya sendiri, karena virus RNA rentan terhadap mutasi. 

Menurut sebuah studi yang ditelaah oleh National Science Review dari Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, ditemukan bahwa ada dua kelompok dari berbagai jenis virus corona baru, demikian seperti dikutip dari laman Times of India

Kluster 'L' seharusnya ditemukan di Wuhan, China, pada tahap awal wabah, sementara kluster 'S' ditemukan di luar China. Lebih lanjut dicatat bahwa kluster 'L' mungkin lebih menular dan agresif jika dibandingkan dengan yang terakhir. 

Lebih lanjut, para peneliti dari UCL Genetics Institute dan University of Oxford, juga telah mencatat ada 6.822 mutasi virus SARS-CoV-2 di seluruh dunia. 273 mutasi ini ditemukan mereplikasi diri mereka sendiri dalam pola yang berbeda. 

Para ilmuwan di UCL Genetics Institute percaya bahwa sebagian besar mutasi ini netral atau berbahaya bagi virus itu sendiri. Di sisi lain, penelitian awal yang dilakukan oleh para peneliti di Los Alamos National Laboratory menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 dapat bermutasi dalam bentuk yang lebih menular. 

Penelitian lain yang diterbitkan dalam Journal of Virology, malah mendapatkan temuan aneh. Temuan tersebut mengungkapkan bahwa seorang pasien COVID-19 di Arizona terinfeksi oleh strain mutasi dari SARS-CoV-2 yang memiliki potongan nukleoid yang hilang. Menurut para ilmuwan, potongan yang hilang ini dapat mengurangi kesehatan virus.

Dalam kumpulan berita yang beragam ini, intinya adalah diperlukan lebih banyak data dan penelitian lagi untuk memahami implikasi dari mutasi SARS-CoV-2.

Lebih jauh, para ahli medis telah memperkirakan mutasi ini karena sifat virus dan mutasi dari domain pengikatan reseptor yang mungkin sedikit mengkhawatirkan. Domain pengikat reseptor adalah bagian pendek dari lonjakan protein dari virus corona novel. 

Yang terpenting dari semua ini adalah, di saat para ilmuwan dan peneliti masih terus berjuang dan mempelajari lebih lanjut mengenai perubahan sifat virus corona ini, pedoman untuk terhindar dari virus ini masih tetap sama, yaitu mencuci tangan dengan benar, mempraktikkan social atau physical distancing, memakai masker di tempat umum, dan tidak keluar rumah jika tidak benar-benar penting.