Dokter Larang Diet Tanpa Makan Malam, Ini Alasannya

ilustrasi perut rata, perut buncit, diet
Sumber :
  • Pixabay/ Public Domain Pictures

VIVA – Pasca Hari Raya Idul Fitri, tak sedikit yang mengeluhkan berat badan yang naik drastis. Apalagi ditambah dengan anjuran pemerintah yang masih menerapkan Work From Home (WFH) alias kerja di rumah sebagai langkah pemutusan rantai penyebaran virus corona jenis baru atau COVID-19.

Menu makanan sehat merupakan daftar makanan bergizi seimbang, dengan kadar yang disesuaikan oleh kebutuhan tubuh setiap harinya. Menu ini tidak hanya dikhususkan untuk kalangan yang ingin menguruskan badan saja, melainkan untuk semua orang yang ingin hidup sehat.

Sama seperti pemilihan menu makan malam yang tepat. Hal itu sangat dibutuhkan untuk menjaga berat badan tetap ideal dan kesehatan organ tubuh. Sehingga anggapan menyetop makan malam untuk diet adalah salah.

"Jangan berpikir untuk tidak makan malam saat diet. Karena saat tidur, butuh metabolisme tinggi, (Artinya) waktu tidur masih ada pembakaran yang berasal dari sumber protein dan serat," ujar dokter spesialis gizi klinis, Dr dr Samuel Oetoro SpGK, dalam acara Hidup Sehat di tvOne, Rabu, 3 Juni 2020.

Dengan prinsip itu, maka dokter Samuel menyarankan agar tak mengonsumsi nasi saat makan malam. Sumber sayur dan protein lebih dibutuhkan untuk membuat metabolisme tubuh berjalan dengan baik selama tidur di malam hari.

"Nasi di-stop saat malam. Sayur dan protein dimakan. Sumber protein rendah lemak yaitu ikan, tahu, tempe. Dan ditutup dengan buah," kata dia.

Buah sendiri sebenarnya bisa menjadi sumber karbohidrat karena kandungan gula yang ada di dalamnya. Tapi, namanya orang Indonesia, seringnya beranggapan 'enggak makan kalau belum makan nasi'. Nah, bagaimana saran dokter, ya?

"Mau enggak mau, orang Indonesia harus ada nasi. Boleh tapi dibatasi, 4 sendok makan cukup. Lalu, sayurnya double, dibanyakin lagi," paparnya.