Pandemi COVID-19, Permintaan Kondom Cenderung Menurun

Ilustrasi kondom/alat kontrasepsi.
Sumber :
  • Pixabay/Anqa

VIVA – Menekan angka kelahiran di masa pandemi virus corona atau COVID-19 sangatlah penting. Karena hamil di masa pandemi, bisa sangat berisiko baik bagi si ibu atau pun janin dalam kandungan. 

Salah satu alat kontrasepsi yang bisa digunakan untuk menunda kehamilan adalah kondom. Tapi, di masa pandemi ini, ternyata permintaan kondom justru cenderung menurun. Meski dari sisi ketersediaan masih mencukupi, bahkan untuk stok hingga 6 bulan ke depan. 

Hal tersebut turut diutarakan oleh Head of Strategic Planning DKT Indonesia, Aditya A. Putra. Menurutnya, dari sektor swasta, permintaan pasar atas kondom masih bisa terpenuhi.  

"Sampai sejauh ini, di sektor swasta kita enggak punya kondisi stock out. Jadi, semua permintaan pasar itu masih bisa kita penuhi sampai enam bulan ke depan. Jadi, masa pandemi ini tidak ada masalah kekosongan pasokan," ujarnya saat diskusi online di YouTube DKT Indonesia, Selasa, 9 Juni 2020. 

Menurut Aditya, dari sisi suplai, baik sektor pemerintahan maupun swasta, mereka tidak memiliki kendala. Semua permintaan selalu bisa terpenuhi. Lalu, apa masalahnya? 

"Yang jadi kendala adalah dari konteks demand, yang menyebabkan terlihat ada tren penurunan. Mengenai tren perubahan ini ada yang menarik, terutama di masa pandemi banyak orang yang 'khilaf’ dan takut hamil. Akhirnya sadar banyak yang bertanya tentang kontrasepsi darurat," lanjut dia. 

Sebenarnya, menurut Aditya, kontrasepsi darurat cukup efektif digunakan, tapi hanya dalam kondisi darurat saja dan tidak dianjurkan untuk pemakaian reguler. 

"Jadi, dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi yang bisa digunakan secara reguler, seperti pil KB, kondom, atau yang lebih mudahnya lagi menggunakan metode jangka panjang (MKJP)," kata dia. 

Namun, jika dilihat secara keseluruhan, di masa pandemi ini, Aditya melihat tidak terlalu terjadi perubahan signifikan terhadap pola penggunaan kondom.

"Hanya itu tadi, pola konsumsi masyarakat yang agak berkurang. Jadi, dari sisi demand-nya yang agak berpengaruh," tutur Adit.