Virus Corona Melanda, DBD Juga Meningkat Hingga 68 Ribu Kasus

Fogging Cegah DBD
Sumber :
  • ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

VIVA – Direktur Pencegahan dan Pengendalian Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan bahwa puncak kasus DBD biasa terjadi di setiap tahunnya pada bulan Maret.

Pada tahun ini justru berbeda, penambahan kasus masih terjadi cukup banyak hingga bulan Juni.

“Kita melihat sampai saat ini kita masih menemukan kasus antara 100 sampai 500 kasus per hari (dari 10 Januari-19 Juni 2020). Kalau kita melihat jumlah kasus ada 68 ribu kasus DBD di seluruh Indonesia,” katanya di Gedung BNPB, dikutip dari siaran pers Kementerian Kesehatan RI, Senin, 22 Juni 2020.

Terlebih wilayah dengan banyak kasus DBD merupakan wilayah dengan kasus virus corona atau COVID-19 yang tinggi, seperti Jawa Barat, Lampung, NTT, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Sulawesi Selatan.

Di sisi lain, DBD juga menimbulkan angka kematian yang sudah mencapai angka 346, dan itu terjadi di beberapa wilayah dengan kasus COVID-19 yang tinggi.

“Fenomena ini memungkinkan seseorang yang terinfeksi COVID-19 juga berisiko terinfeksi DBD. Pada prinsipnya sama, DBD adalah penyakit yang vaksinnya belum terlalu efektif dan salah satu upaya untuk mencegahnya adalah menghindari gigitan nyamuk,” ucapnya.

Ahli Infeksi dan Pediatri Tropis RS Dr. Cipto Mengunkusumo dr. Mulya Rahma Karyanti Sp.A mengatakan pasien yang terjangkit virus DBD biasanya mengalami keluhan demam tinggi mendadak, kadang disertai muka merah, nyeri kepala, nyeri di bagian belakang mata, muntah-muntah, bitnik-bintik merah pada kulit, dan biasanya disertai pendarahan spontan seperti mimisan dan gusi berdarah.

Jika keluhan demam tinggi tidak turun di hari ketiga, itu adalah tanda bahaya yang harus diwaspadai dan harus langsung dibawa ke rumah sakit.

“Yang kita takuti di hari ketiga ini yang kita sebut fase kritis, karena di hari itu biasanya terjadi kebocoran di pembuluh darah. Kalau pembuluh darah bocor, cairan akan kelua. Pasti aliran darah ke otak akan terhambat. Efeknya pasien akan lemas, tidur seharian, makan dan minum sulit, tambah dehidrasi dan buang air kecil kurang dari 4-6 jam,” kata dr. Rahma.

Nyamuk aedes aegypti memiliki khas warna hitam putih pada bagian ekornya. dr. Rahma mengingatkan bahwa nyamuk tersebut biasa menggigit pada pagi hari antara pukul 10.00-12.00 dan sore hari sebelum magrib pukul 16.00-17.00.

Dr. Nadia menambahkan, pencegahan dan penularan DBD harus dilakukan dengan pemberantasan sarang nyamuk 3M+, yakni Menutup, Menguras, dan Mendaur ulang dan plus-nya benyak sekali. Seperti menggunakan lotion anti nyamuk, menutup jendela rumah dengan kassa nyamuk dan tidak menggantungkan pakaian.

“Kami mengimbau masyarakat cegah dengue mulai dari rumah kita dan menerapkan protokol kesehatan cegah penularan COVID-19. Dengan itu kita bisa terhindar dari DBD dan COVID-19,” imbuhnya.