Pasien Diabetes di Tengah Pandemi, Sulit Dapat Obat dan Alami Stres

Ilustrasi pengecekan diabetes.
Sumber :
  • Pixabay/TesaPhotography

VIVA – Menurut data Riskesdas 2018, prevalensi penyandang diabetes di Indonesia 2 persen. Sementara di DKI Jakarta angkanya 3,4 persen. Saat ini diperkirakan dari yang terkonfirmasi COVID-19, ada sekitar 500-600 orang yang teridentifikasi diabetes melitus (DM).
  
Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI, Dwi Oktavia, pasien COVID-19 dengan penyakit komorbid memiliki risiko penyakitnya menjadi parah. Diabetes sebagai salah satu penyakit komorbid harus diwaspadai.

Baca juga: Gak Cuma Makanan, Stres Bikin Kadar Gula Darah Diabetes Naik

"Jika menderita DM harus cepat terdeteksi agar tidak sampai ada komplikasi," kata Dwi, dalam Media Briefing Virtual bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Rabu 5 Agustus 2020.

Dokter spesialis penyakit dalam, Dr. Roy Panusunan Sibarani Sp.PD-KEMD, FES, menuturkan bahwa dua tantangan terbesar dalam pandemi yaitu pasien kesulitan dapat obat, dan pasien stres. Keduanya bisa memicu imunitas menurun dan komplikasi mudah timbul.

Dijelaskan oleh Roy, penyandang diabetes selalu merasa lapar karena gula tidak bisa masuk ke sel, sehingga stres. Saat tubuh stres, takut, dan cemas, kondisi hormon-hormon kita berubah. Insulin pun menurun, agar kadar gula darah naik sehingga kita butuh energi untuk bisa kabur dari masalah yang kita hadapi.

"Karena itu, orang yang stres kadar gula darahnya tinggi. Jangan takut dengan perubahan. Persepsi kita harus diubah, agar bisa menerima kondisi kita, dan kondisi pandemi sekarang," paparnya.

Di masa pandemi, lanjutnya, tetap harus menjalankan pola hidup sehat mulai dari cukupi kebutuhan karbohidrat, protein, sayur, dan buah. Bisa juga melakukan olahraga di dalam rumah, menggunakan peralatan yang ada di rumah. Serta rutin kontrol gula darah.

Baca juga: Bisakah COVID-19 Sembuh dengan Obat Herbal?

"Diabetes bisa menjadi ancaman di tengah pandemi, tapi bukan berarti ancaman ini pasti akan membunuh kita. Kuncinya bagaimana kita menjaga tubuh, dan menghadapi ancaman dengan mempersiapkan diri. Kontrollah gula darah dengan baik," tegasnya.

Adapun pencegahan diabetes pada orang yang prediabetes dapat dilakukan dengan mengenal faktor risiko. Bila memiliki satu faktor risiko, lakukan pemeriksaan gula darah 1 kali setahun. Bila punya faktor risiko, periksa 2 kali dalam setahun, dan seterusnya.

"Faktor risiko artinya hal yang mendekatkan kita pada penyakit itu. Misal, genetik, pola hidup, berat badan, dan sebagainya," kata dia.