10 Kali Lebih Menular, Mutasi COVID-19 di Malaysia Makin Mamatikan

Kalung bertuliskan anti virus corona hasil pengolahan laboratorium nano teknologi di Balitbangtan, Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Cimanggu, Kota Bogor, Jawa Barat.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Arif Firmansyah

VIVA – Pihak berwenang Malaysia, telah menemukan mutasi virus SARS-COV-2 yang lebih menular. Dan mutan yang sedang beredar, dapat memiliki konsekuensi yang lebih tahan lama serta membawa ancaman yang lebih besar, mengingat akhir pandemi yang belum pasti.

Mutasi baru COVID-19 ditemukan di Malaysia, ketika seorang pria yang kembali dari India melanggar aturan karantina dan menginfeksi lebih dari 45 orang.

Ketika 45 kasus dirawat, setidaknya 3 sampel yang diuji membawa mutasi COVID-19 yang jauh lebih parah, yang disebut D614G.

Menurut Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia, Dr Noor Hisham Abdullah, mutasi tersebut, yang sebelumnya diamati di AS dan sebagian Eropa, jauh lebih berbahaya dan membawa masalah yang belum pernah terjadi sebelumnya perihal kebangkitan virus, demikian menurut Times of India.

Baca juga: Joko Anwar Sentil Menteri Bagikan Link Ilegal Film Indonesia

Meskipun temuan WHO sebelumnya menunjukkan bahwa mutasi virus corona tidak akan menyebabkan kerusakan parah atau menghambat pengembangan vaksin.

Namun, temuan dokter Abdullah menunjukkan, orang harus lebih berhati-hati untuk menekan penyebaran COVID-19. Dia juga mengatakan, jika penularan bisa menyebar dari AS ke Malaysia, itu berarti negara lain juga bisa berisiko.

Sejauh ini, virus corona masih bermutasi dengan lambat. Menurut para ilmuwan, alasan utama di balik ini adalah tingkat kekebalan yang rendah terhadap infeksi dan tidak tersedianya vaksin sampai sekarang.

Meskipun masih belum jelas bagaimana mutasi baru ini benar-benar dapat memengaruhi sel manusia dalam lingkungan sosial. Para ilmuwan percaya, mutasi D614G ini dapat menyebabkan percepatan infeksi dan risiko kematian yang lebih kuat.

Baca juga: Diam-diam Ustaz Solmed Punya Vila, Fasilitasnya Mewah Banget

Namun, apakah mutasi terbaru ini dapat menyebabkan infeksi ulang, memperlambat pemulihan, atau berdampak pada pengembangan vaksin, hal ini masih harus dipelajari.

Berbanding terbalik dengan pernyataan ilmuwan, para ahli berpendapat meski mutasi D614G jauh lebih menular, tapi mutasi ini tidak terlalu menakutkan. Virus bermutasi secara alami dan sangat jarang bisa bermutasi menjadi sesuatu yang jauh lebih agresif.

Virus RNA, seperti COVID-19, sejauh ini bermutasi lebih lemah. Mutasi tidak jauh berbeda dari strain yang ada dan akan menghilang dengan sendirinya, karena orang mendapatkan kekebalan alami.

Badan penelitian lain menemukan, mutasi yang sedang dibicarakan saat ini, yaitu D614G, yang ditemukan di New York dan beberapa bagian Italia, masih memiliki kesamaan dengan mutasi sebelumnya dari virus SARS-CoV-2.