Vaksin COVID-19 Asal Rusia Lebih Aman dari Oxford?

Ilustrasi vaksin COVID-19.
Sumber :
  • Red Herring

VIVA – India diketahui telah memesan vaksin virus corona Sputnik V dari Rusia. Beberapa perusahaan farmasi India dikabarkan telah meneken kontrak pembelian total sebanyak 100 juta dosis Vaksin COVID-19, Sputnik-V, dari negara itu.

Namun, sejumlah pihak masih mengkhawatirkan akan dampak dari vaksin tersebut apakah aman digunakan di India. Di tengah kekhawatiran tersebut, muncul laporan terbaru dari studi klinis yang menemukan dampak dari vaksin Sputnik V. 

Dilansir dari laman Times of India, laporan studi klinis menemukan bahwa 1 dari 7 orang menderita efek samping setelah diinokulasi oleh vaksin Rusia.

Menteri kesehatan negara Soviet, Mikhail Murashko, dalam sebuah pernyataan kepada Moscow Times mengatakan bahwa hampir 14% pasien yang telah diberikan vaksin melaporkan menderita efek samping.

Baca juga: Ahli Virus Jerman Prediksi Pandemi COVID-19 Usai pada 2023

Namun, menyebut efek sampingnya ringan dan rutin, Murashko masih mengatakan bahwa vaksin Rusia masih lebih aman dan setara dengan pesaing global.

"Sekitar 14 persen memiliki keluhan kecil berupa lemas, nyeri otot selama 24 jam dan suhu tubuh meningkat sesekali,"kata dia. 

Dia menyebut efek ini normal dan gejala akan 'mereda' pada hari berikutnya dan mereka akan terus melacak tanda-tanda vital untuk melihat kesulitan jika ada.

Efek samping yang ditemukan pada relawan ditemukan di sisi yang lebih ringan ini secara ilmiah disebut sebagai efek 'reaktogenik' vaksin pasca pemberian, yang cenderung menyebabkan ketidaknyamanan ringan. Beberapa gejala yang telah disaksikan termasuk demam, menggigil, nyeri otot dan nyeri.

Pejabat Rusia, juga menyebutkan bahwa dosis lebih lanjut akan membantu memastikan lebih banyak pengamatan terhadap para relawan akan dampak vaksin ini. Sementara 300 pasien dari 40.000 pasien terpilih telah berhasil disuntik, dan akan diberikan vaksin kedua pada usai 21 hari pasca suntikan pertama diberikan.

Untuk diketahui, uji coba vaksin Oxford-AstraZeneca, yang dianggap sebagai pesaing teratas dalam penemuan vaksin global dihentikan di tengah uji coba fase III setelah sukarelawan dilaporkan mengalami komplikasi 'neurologis'.

Rusia, berencana untuk memulai vaksin massal di negara itu mulai tahun depan. Saat ini pihaknya tengah mengincar untuk mempublikasikan data observasi dari uji coba fase III pada akhir Oktober atau November.