Pecah Rekor Lagi, Peneliti Sebut Alasan COVID-19 Terus Meningkat

Warga melintas di dekat mural bergambar tenaga medis dan Virus Corona (foto ilustrasi).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko

VIVA – Belum terlihat tanda akan mereda, kasus virus corona atau COVID-19 di Tanah Air nyatanya masih terus melonjak. Terbukti, data terbaru Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melaporkan kasus baru harian ada tambahan 4.465, yang berarti pecah rekor lagi.

Mengutip dari data covid19.go.id, per Rabu, 23 September 2020, dengan tambahan 4.465 kasus baru maka total sementara tercatat sudah 257.388 orang yang terpapar COVID-19.

Baca Juga: Ahli Klaim WHO Tahu Virus Corona Dibuat oleh China

Lantas, apa alasan COVID-19 masih kian meningkat dan tak hilang seperti virus 'sepupunya' SARS yang sempat juga menjadi pandemi?

Dikutip dari laman The Conversation, Kamis, 24 September 2020, dokter kanker Inggris Prof Karol Sikora baru-baru ini mengklaim bahwa pandemi COVID-19 saat ini akan hilang sendiri.

Menurutnya, jika ada lebih banyak infeksi daripada yang kita sadari dengan gejala ringan, itu menghasilkan kekebalan yang kuat, maka ini akan dengan cepat mengarah pada kekebalan kelompok alias herd immunity.

Namun, teori itu menimbulkan keraguan bahwa membiarkan virus hilang dengan sendirinya akan menjadi jawaban yang tidak masuk akal untuk masalah COVID-19. Sehingga, banyak yang lebih merasa masuk akal membayangkan masa depan di mana kita bisa hidup berdampingan dengan SARS-CoV-2.

Nyatanya, virus SARS-CoV-1 tidak hilang dengan sendirinya. Sebaliknya, wabah tersebut sebagian besar dikendalikan oleh langkah-langkah kesehatan masyarakat sederhana seperti mengenali gejala (demam dan masalah pernapasan), mengisolasi dan mengkarantina kasus yang dicurigai, dan membatasi perjalanan semuanya.

SARS-CoV-1 paling mudah menular saat pasien sakit, sehingga dengan mengisolasi mereka yang memiliki gejala, Anda dapat secara efektif mencegah penyebaran selanjutnya. Hampir semua orang di planet ini akan tetap rentan terhadap SARS dalam beberapa dekade setelah menghilang.

Dalam jangka waktu yang mirip dengan virus sepupunya, SARS-CoV-2 telah terbukti lebih menular tetapi tampaknya tidak terlalu mematikan dibandingkan sepupunya yang lahir hampir 20 tahun lalu. Kekhawatiran tambahan, bahwa SARS-CoV-2 menyebar secara luas sebelum orang jatuh sakit alias Orang Tanpa Gejala (OTG).

Ini membuat tenaga kesehatan yang berbasis pada gejala, yang sebelumnya bekerja dengan baik untuk SARS, sebagian besar tidak mampu menahan penularan COVID-19. Intinya, kemudahan penularan ini berarti SARS-CoV-2 jauh lebih menantang untuk dikendalikan.

Untuk itu, dianjurkan agar menjaga jarak serta mencuci tangan selama pandemi masih berlangsung. Menghindari kerumunan juga yang paling masuk akal mengingat banyaknya pasien OTG COVID-19.