Pelayanan KB Sempat Menurun, Angka Kelahiran Diprediksi Bakal Melonjak

Ilustrasi melahirkan bayi.
Sumber :
  • Pixabay.com/cynthia_groth

VIVA – Situasi pandemi virus corona berdampak pada akses pelayanan fasilitas kesehatan termasuk dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB). Hal ini lantaran pada awal pandemi COVID-19 Maret lalu, pelayanan fasilitas kesehatan hanya ditunjukkan untuk layanan darurat.

"Penurunan pelayanan, selama pandemi faskes waktu itu tidak menerima banyak akseptor. Faskes diproriotaskan pada mereka yang kena COVID-19 atau emergency," kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Ir. Dwi Listyawardani dalam virtual conference, Jumat, 25 September 2020.

Baca Juga: Kemenkes Sebut Remdesivir untuk COVID-19 Siap Impor dari India

Dari data yang dimiliki BKKBN, penurunan pelayanan fasilitas kesehatan selama masa pandemi terjadi pada Maret hingga April. Jika dilihat, angka layanan kontrasepsi pada bulan Maret tercatat ada sebesar 3.094.592, sedangkan pada Juni tercatat ada sebanyak 2.931.525.

Penurunan layanan tersebut berkisar pada angka 163.067. Dwi menjelaskan bahwa penurunan layanan KB ini bisa berdampak pada jumlah kelahiran sebesar 10 persen. Yang mana dalam setahun, jumlah kelahiran anak di Tanah Air mencapai 4,5 juta hingga 5 juta.

"Kita punya data tentang angka penurunan. Kelompok usia subur yang putus pakai KB akan ada tambahan 400 ribu hingga 500 ribu kelahiran per tahun," kata dia.

Meski begitu, Dani sapaannya, menyebut bahwa untuk ledakan penduduk lantaran adanya menurunnya layanan KB saat pandemi seperti beberapa waktu lalu akan terasa dalam jangka panjang.

"Untuk bonus demografi itu kan perbandingan usia produktif 15-64 dengan anak-anak dan lansia. Untuk bonus demografi dampaknya belum terlihat dan baru terlihat jangka panjang pada jumlah kelahiran. Menambah 10 persen jumlah anak-anak," jelas dia.