Kenapa Orang Rajin Olahraga Malah Meninggal karena Penyakit Jantung?

Ilustrasi berolahraga/olahraga/berkeringat.
Sumber :
  • Freepik/freepik

VIVA – Penyakit jantung atau kardiovaskular, masih menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyakit jantung telah memakan korban sebanyak 17,9 juta orang setiap tahunnya. Di Indonesia, penyakit jantung juga masih menjadi penyebab kematian tertinggi.

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung adalah dengan olahraga. Namun, beberapa kasus belakangan, di mana orang-orang yang diketahui rajin berolahraga malah meninggal karena penyakit jantung, membuat banyak orang jadi semakin malas untuk berolahraga.

Baca Juga: Komplikasi Diabetes yang Bikin Ngeri, Dari Sakit Jantung Sampai Buta

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Vito Anggarino Damay, Sp. JP., M. Kes., FIHA., FICA., FAsCC, turut menyoroti hal ini. Menurutnya, orang yang memiliki riwayat penyakit jantung jika rajin berolahraga, harapan hidupnya jauh lebih besar dibanding yang tidak berolahraga.

"Karena kalau ada penyumbatan di pembuluh darah jantung misalnya, orang yang rajin olahraga tipe aerobik, maka dia punya jalan-jalan tikus banyak. Namanya pembuluh darah kolateral. Pembuluh darah yang tipis seperti rambut-rambut ini, bisa membantu mengaliri darah ke otot-otot jantung kita," ujarnya saat konferensi pers virtual Yayasan Jantung Indonesia (YJI), Jumat, 25 September 2020.

Lebih lanjut, dokter Vito menjelaskan, jika 'jalan protokolnya' tersumbat, maka pembuluh darah yang berbentuk menyerupai rambut-rambut atau 'jalan tikusnya' bisa sedikit membantu. Sehingga kemungkinan dapat bertahan hidupnya lebih tinggi.

"Dibanding kalau dia enggak pernah olahraga, tersumbat satu, tersumbat semua, makanya meninggalnya lebih tinggi risikonya. Tapi, kalau rajin olahraga, rajin sepedaan misalnya, maka dia kemungkinan punya pembuluh darah koloteral ini lebih besar," ungkap dia.

Salah satu presenter acara Hidup Sehat di tvOne itu turut menyarankan, hendaknya mengetahui kondisi tubuh saat akan berolahraga. Lakukan olahraga secara bertahap, jangan langsung olahraga dengan intensitas berat.

"Yang penting sudah berlatih, dan dia juga tahu bagaimana cara berlatih di awal. Kan enggak langsung seperti itu (berat). Semua enggak ada yang instan. Jadi, semua dibangun dengan kebiasaan hidup sehari-hari,” ucapnya.

“Kita enggak bisa hari ini baru pertama kali sepedaan, besok langsung mau sampai ke puncak, Kilometer Nol misalnya. Enggak bisa juga. Ada tahapannya,"tambah dokter Vito.