BPOM: Efek Vaksin Pasti Ada, Tapi Risiko Kematian COVID-19 Tinggi

Ilustrasi - Vaksin COVID-19 buatan AstraZeneca.
Sumber :
  • ANTARA

VIVA – Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM mengatakan bahwa vaksin COVID-19 AstraZeneca tak terkait dengan kasus pembekuan darah yang dilaporkan beberapa hari terakhir. Untuk itu, pihak BPOM menegaskan akan terus menggunakan vaksin tersebut lantaran terbukti memiliki manfaat lebih banyak.

Kasus pembekuan darah yang dilaporkan di beberapa negara di Eropa membuat vaksin AstraZeneca ditangguhkan sementara waktu. BPOM sendiri tak menemukan kaitan keduanya, meski tak menepis bahwa efek vaksinasi pasti terjadi.

"Saat ini angka kejadian COVID-19 global termasuk di Indonesia masih tinggi, sehingga walaupun pada pemberian vaksinasi mungkin dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), namun risiko kematian akibat COVID-19 jauh lebih tinggi," jelas juru bicara vaksinasi COVID-19 BPOM Lucia Rizkia Andalusia dalam konferensi pers virtual dalam kanal Youtube Kemkominfo TV, Jumat 19 Maret 2021.

Luciana membeberkan bahwa hasil evaluasi uji klinis secara keseluruhan pada dua dosis vaksin AstraZeneca, terbukti aman pada 23.475 subjek. Tak hanya itu, antibodi yang terbentuk pasca vaksinasi mencapai 32 kali pada orang dewasa dan 21 kali pada lansia.

Efek samping yang kerap dikeluhkan pada para subjek tersebut masih dalam kategori ringan hingga sedang. Beberapa reaksi lokal seperti nyeri dan bengkak serta reaksi sistemis seperti demam merupakan hal yang umum terjadi.

"Serta reaksi seperti kelelahan, sakit kepala, panas meriang dan nyeri sendi," pungkas Luciana.

Di kesempatan yang sama Juru bicara vaksinasi dari Kementerian Kesehatan RI dr Nadia Tarmizi mengatakan, bukan cuma Indonesia yang menyetujui penggunaan vaksin AstraZeneca. Negara muslim di dunia juga telah menggunakannya, meski MUI sendiri menemukan kandungan tripsin babi dalam produksinya.

"Vaksin AstraZeneca ini telah disetujui lebih dari 70 negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, dan Maroko," kata dr Nadia.