Sering Disebut Keracunan Kehamilan, Kenali Apa Itu Preeklampsia

Ilustrasi ibu hamil.
Sumber :
  • Stocksnap

VIVA – Preeklampsia atau kondisi hipertensi yang terjadi pada saat kehamilan menjadi kondisi yang banyak mengancam ibu hamil. Data di dunia pun menunjukkan, preeklampsia terjadi pada 10 juta wanita setiap tahun.

Mirisnya, ada 76 ribu ibu meninggal setiap tahun karena preeklampsia. Kondisi ini banyak terjadi di negara berpenghasilan rendah hingga sedang, termasuk Indonesia.

Karena itulah, kewaspadaan pada kondisi ini harus ditingkatkan agar ibu dan bayi bisa selamat.

dr. Manggala Pasca Wardhana, SpOG(K)-KFM dari Himpunan Kedokeran Fetomaternal Surabaya menjelaskan, preeklampsia berasal dari bahasa Yunani, eklampsi yang berarti kilat yang datangnya mendadak.

Pada ibu yang mengalami kondisi ini akan mengalami kejang yang mendadak tanpa ada gejala. Karena itulah kata ini diambil untuk menggambarkan kondisi mendadak itu, terlebih pada zaman dahulu belum ada alat mengukur tensi atau tekanan darah.

Sementara preeklampsia adalah kondisi sebelum terjadinya kejang. Kondisi tersebut, lanjut dokter Manggala, ditandai dengan tekanan darah tinggi yang disebabkan oleh kehamilan.

"Ditemukan pada usia kehamilan 20 minggu atau paruh akhir. Orang mengenal juga ini sebagai keracunan kehamilan karena ada racun yang bisa melukai organ sekitar," terang dokter Manggala dalam sebuah diskusi daring IDI beberapa waktu lalu.

Penyebab preeklampsia belum diketahui. Tapi, kondisi ini bisa digambarkan adanya pembuluh darah yang mengecil pada plasenta sehingga darah yang mengalir lebih sedikit. Akibatnya, asupan oksigen berkurang dan timbul racun yang melukai tubuh ibu hamil.

Kelainan organ akibat preeklampsia yang sering terjadi adalah kebocoran protein yang bisa diperiksa melalui urine.

Kondisi ini harus segera ditangani karena bila tidak maka ibu hamil akan mengalami berbagai gejala seperti nyeri kepala, perut mual hingga muntah, menumpuknya cairan di paru-paru hingga sulit bernapas, dan pada akhirnya bisa terjadi kejang dan koma.

"Pertumbuhan janin jadi terhambat. Obat satu-satunya adalah ari-ari harus dikeluarkan dan bayi dilahirkan lebih cepat. Sehingga terjadi prematuritas, ini menjadi penyebab kematian bayi paling banyak," jelas dokter Manggala.

Bahkan, bayi yang lahir karena kondisi preeklampsia pun masih mengalami efek jangka panjang. Bayi yang lahir prematur karena preeklampsia berisiko mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi, diabetes hingga kelainan jantung.