Rutin Bercinta Tapi Belum Dapat Momongan, Ini Saran Dokter

Ilustrasi bercinta.
Sumber :
  • Freepik/Racool_studio

VIVA – Memiliki keturunan menjadi dambaan bagi sebagian besar pasangan yang sudah menikah. Namun, permasalahan kerap terjadi saat momongan belum juga didapatkan meski telah rutin berhubungan seks selama beberapa tahun masa pernikahan.

Kehamilan kerap dianggap sebagai suatu anugerah untuk tiap pasangan suami istri. Di momen itu, pasangan suami istri tengah menantikan buah hati yang nantinya diharapkan kian mewarnai hari-harinya. Tetapi untuk bisa hamil, bagi sebagian pasangan, rupanya bukan hal yang mudah.

Pemicu sulit dapat momongan

President Director of Morula IVF Indonesia, dr.Ivan Sini,Sp.OG, mengatakan untuk bisa mengandung janin, dibutuhkan berbagai persiapan mulai dari pola hidup dan asupan makan. Selain itu, usia pasangan juga sangat menentukan peluang kehamilan.

"Pasien yang sulit punya keturunan, hampir 60-70 persen, dengan usia di atas 36 tahun," ujar dokter spesialis kandungan itu, dalam acara virtual Morula Fertility Fest 2021, Rabu 9 Juni 2021.

Menilai kesuburan

Di kesempatan yang sama, dokter spesialis kandungan, dr. Arie Adrianus Polim,D.MAS, SpOG(K), memaparkan bahwa ada tanda paling utama mengenai kesuburan yang harus diperhatikan tiap pasangan yang tengah mendambakan momongan, yakni rutinnya bercinta selama setahun masa pernikahan.

"Menilai infertility itu dilihat dari masa pernikahan selama 12 bulan dan sudah berhubungan seks teratur tapi belum dapat momongan, segera lakukan pemeriksaan basic infertility skrining, apakah ada masalah di sperma atau sel telur," kata dokter Arie.

Saat skrining sudah dilakukan, akan terlihat masalah yang sebenarnya dialami pasangan suami istri yang membuat sulit mendapatkan momongan. Apabila masalahnya tergolong berat, seperti jumlah sperma nol atau kista di rahim, segera diselesaikan.

"Kalau tertunda, usia makin meningkat, akan menurunkan kesuburan dan turunkan angka keberhasilan (hamil)," katanya.

Program bayi tabung

Dokter Arie mengatakan bahwa program bayi tabung bisa menjadi salah satu pilihan untuk peluang kehamilan yang akurat. Terlebih, teknologi yang tersedia di Morula sudah terstandard seperti di Australia dan Singapura sehingga dapat mencegah kegagalan program bayi tabung.

"Teknologi kita dapat menilai kromosom dari embrio yang ditanam di rahim. Dari sini bisa dinilai kromosomnya normal atau tidak untuk hindari kecacatan pada bayi, keguguran  atau kegagalan berulang," tuturnya.

Dari hasil di teknologi tersebut, dokter Arie juga menyampaikan bahwa gender bisa dipilih sesuai kromosom pada embrio yang akan ditanam di rahim. Dengan tingkat akurasi mencapai 93 persen, peluang kehamilan disertai pemilihan gender pada bayi pun akan lebih sukses.

"Menariknya adalah gender selection itu boleh tapi ada syaratnya, enggak boleh anak pertama. Ini akurasinya tinggi sekali," kata dokter Ivan.

Sejalan dengan program bayi tabung, di usia 23 tahun Morula IVF Indonesia, melakukan aksi menanam total 2.500 bibit pohon dan penyebaran ribuan benih ikan.

Ade Gustian Yuwono selaku Managing Director Morula IVF Indonesia menyebut tujuan dari aksi ini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kelangsungan ekosistem lingkungan. Serta, ini juga rangkaian dari Morula Fertility Fest 2021.

"Penanaman bibit pohon dan penyebaran benih ikan hari ini juga menjadi gambaran filosofi bisnis Morula yang turut menjaga keberlangsungan kehidupan manusia melalui layanan yang kami berikan lewat program IVF, sama seperti peran lingkungan sebagai ekosistem kehidupan yang perlu dijaga," tutur Ade.