Mutasi COVID-19 Bermunculan, Pakar: Vaksin Terbukti Cegah Kematian

Vaksin
Sumber :
  • Pinkvilla

VIVA – Mutasi COVID-19 kian bermunculan. Mulai dari varian yang berasal dari Inggris dengan kemampuan penularan yang masif, hingga yang terbaru dari India yang memicu tsunami kasus COVID-19.

Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe M,sc, Sp,PD, menyebut, mutasi tersebut memang berpengaruh terhadap efektivitas vaksin. Kendati demikian, vaksin masih terbukti ampuh cegah gejala berat hingga angka kematian akibat COVID-19.

"Sifat proteksi vaksin baru terbukti cegah sakit berat termasuk, kematian. Sehingga, walau sudah vaksin, semua orang masih bisa kena COVID-19," kata Dirga, dalam acara virtual bersama SOS Personal Hygiene, baru-baru ini.

Menurut Dirga, dalam hal ini vaksin yang sudah dipakai di Tanah Air tercatat efektif terhadap varian delta tersebut. Salah satu jenis vaksinnya adalah AstraZeneca, yang dibuat oleh ilmuwan di Inggris.

"Ada 3 merk vaksin COVID-19. Jenis yang akhir-akhir ini kita pakai (AstraZeneca), efektif untuk varian delta. Yang awal-awal kita gunakan (Sinovac dan Sinopharm) belum dapat dibuktikan," terangnya.

Lebih dalam, dokter spesialis penyakit dalam itu menjelaskan bahwa mutasi dapat terjadi akibat virus yang menulari orang baru sehingga mengalami perubahan struktur.

Sehingga memperketat protokol kesehatan menjadi jawaban dari pencegahan mutasi virus corona, termasuk dengan vaksinasi. Terkait vaksinasi, Dirga memaparkan persentase penduduk Indonesia yang telah divaksin 1 kali sebesar 11 persen dan vaksinasi lengkap sebesar 6,3 persen. 

"Angka tersebut masih terbilang kecil dari total populasi Indonesia saat ini. Apalagi, saat ini kita dihadapkan pada ancaman berupa mutasi virus baru yang mulai ditemukan di tanah air," jelas Dirga.

Kewaspadaan tentu perlu semakin ditingkatkan. Karena perlu untuk dipahami, kehadiran vaksin memang menjadi langkah pencegahan yang penting diambil untuk membentuk Herd Immunity.

Namun, tidak ada langkah pencegahan yang 100 persen efektif. Memadukan perlindungan dari dalam dan luar menjadi upaya yang bisa kita lakukan bersama, untuk mengurangi risiko terpapar atau tertular virus.

“Protokol kesehatan 5M menjadi proteksi majemuk yang wajib untuk kita terapkan bersama yaitu mulai dari Menggunakan Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak, Menghindari Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas. Penggunaan masker terbukti sangat efektif dalam mencegah penularan. Namun, hal tersebut bergantung pada jenis dan cara penggunaan masker. Masker medis terbukti masih paling efektif, jika digunakan dengan tepat," terangnya.

Dirga juga mengimbau untuk mengganti masker maksimal 6 jam, atau ganti segera setelah masker sudah basah atau kotor.

Selain patuh pada prokes, tentunya perlu dibarengi pula dengan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), gunakan produk kebersihan yang sudah teruji klinis mampu membunuh kuman dan virus yang salah satunya adalah penggunaan Hand Sanitizer.