Pasien COVID-19 Penuh, Ahli: Orang Serangan Jantung Susah ke RS

Ilustrasi rumah sakit.
Sumber :
  • Pixabay/1662222

VIVA – Ketua Umum Perhimpunan Dokter Kardiovaskular Indonesia (PERKI), DR. Dr. Isman Firdaus, SpJP(K), FIHA, FAPSIC, mengkhawatirkan para pasien penyakit jantung, terutama jika sampai terinfeksi virus corona atau COVID-19.

Terlebih, bicara kardiovaskular, individu-individu yang memiliki komorbid penyakit jantung akan mengalami perburukan gejala yang sangat berat, apabila sampai terpapar COVID-19.

Hal itu disampaikan, mengingat beberapa hari ini terjadi lonjakan kasus COVID-19 yang begitu signifikan, hingga mencapai angka 12 ribu kasus hanya dalam satu hari.

"Dan sekarang lebih parahnya lagi, pasien mau berobat jantung bahkan ada yang serangan jantung udah susah ke rumah sakit. Kenapa? Karena rumah sakit sudah terisi oleh pasien-pasien dengan COVID-19. Sudah terisi oleh pasien-pasien yang berat dan kritis akibat COVID-19," ujarnya saat konferensi pers daring, yang digelar Jumat 18 Juni 2021.

Dampaknya, Isman mengungkapkan, beberapa pasien kardiovaskular atau pasien jantung yang merupakan pembunuh nomor satu, akhirnya tidak mendapatkan tata laksana yang seharusnya.

"Ini menjadi keprihatinan tersendiri dari kami. Dengan tingginya okupansi bed pasien-pasien COVID-19 di rumah sakit, tentu berdampak tidak meratanya tata laksana untuk pasien-pasien dengan risiko tinggi penyakit kardiovaskular," terang dia.

Menurut Isman, hal ini tidak hanya menjadi masalah untuk tenaga kesehatan dan rumah sakit saja. Melainkan, harus diselesaikan bersama-sama.

"Ini harus diselesaikan, baik oleh dokter, perawat, tenaga kesehatan. Namun ternyata dengan banyaknya transmisi penularan COVID-19 datang ke rumah sakit, ternyata memang tidak hanya masalah di kesehatan tapi bidang yang lain," pungkas dia.

Melihat kondisi yang terjadi, Isman menyarankan agar mobilitas masyarakat dan tempat-tempat wisata harus mulai dibatasi, atau jika perlu dihentikan sementara.

"Tempat wisata kayaknya sekarang harus mulai mengerem, mobilitas masyarakat yang sering keluar rumah. Tentu ini menjadi masalah bersama, ini harus segera disikapi dan harus segera dikurangi dan bila perlu disetop sampai keadaan lebih kondusif," imbuh Isman Firdaus.