dr Aisah Dahlan: Suami Pemarah, Cuek dan Egois? Begini Hadapinya

Ilustrasi istri yang berikan pujian pada suami.
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Dalam menjalani biduk rumah tangga, terkadang suami atau istri sulit menerima sifat buruk pasangannya. Terutama jika suami memiliki sifat pemarah, cuek dan cenderung egois. Lalu, bagaimana menghadapinya?

Dokter peneliti, dr. Aisah Dahlan, CHt, CM.NLP, pun memahami kita sulit mengambil waktu untuk merilis emosi, karena yang dihadapi adalah orang yang hidup dan tinggal bersama kita. Namun, menurut dia, Allah SWT telah memberikan kita waktu khusus.

"Kita ini Allah kasih waktu pada saat kita salat. Ada waktu di sela-sela kehidupan kita yang bersama dengan someone (suami) ada waktu yang sedang menyendiri," ungkapnya di YouTube Pecinta dr Aisah Dahlan, CHt, dikutip VIVA, Selasa 21 September 2021.

Nah pada saat itu, menurut Aisah, kita diberi kesempatan untuk memaafkan. Lalu, siapa saja yang harus dimaafkan?

"Satu diri sendiri dulu, karena terkadang mengucapkan hati lelah, itu yang harus dimaafkan. Orang masih hidup kok lelah. Tapi terkadang kita capek juga. Makanya katakan, 'Ya Allah saya mohon ampun dan katakan 'Saya maafkan diriku ya Allah.' Ada teknik namanya forgiveness therapy. Kalau di bahasa kita (muslim) namanya Muhasabah," ujarnya.

Menurut wanita yang juga seorang Praktisi Neuroparenting Skill itu, banyak sekali di antara kita yang lupa memaafkan dan mengapresiasi dirinya sendiri meski telah menghadapi berbagai konflik.

"Nah setelah itu, barulah berikutnya memaafkan somebody ini (suami). Kita mencoba untuk memikirkan perasaan dan merasakan pikiran. Misal dia acuhkan saya, itu yang bikin gak enak pikiran. Saya ngomong mukanya gak lembut, gak enak lagi perasaan, WA panjang lebar gak dijawab, perasaan lagi gak enak. Itu tentu banyak banget pikiran muncul dari sini (hati) lebih tidak enak," jelasnya. 

Maka dari itu, solusinya adalah Aisah menyarankan kita untuk terus mencari hingga dapat satu pemikiran baik tentang suami atau pasangan kita. 

"Terus cari sampe dapet satu aja yang muncul pikiran kita bahwa tapi dia baik juga sih. Misalnya gitu. Satu peristiwa yang kita ingat di memori ini, kemudian membuat perasaan lebih enak. Itulah pakai teknik tadi diimplikasi," terang dr. Aisah Dahlan.