Balita 2 Tahun di Kalideres Gizi Buruk, Ini Sebab & Cara Atasinya

Ilustrasi anak/balita.
Sumber :
  • Freepik/rawpixel.com

VIVA – Seorang balita berusia 2 tahun di Kalideres, Jakarta Barat, ditemukan dalam kondisi gizi buruk. Berdasarkan pengakuan sang ayah, putranya sempat terjatuh saat usia 1,5 tahun. Sejak itu, nafsu makan anaknya menurun yang diikuti dengan penurunan berat badan. Kini, hanya tersisa kulit pembalut tulang. Berat badannya semula 8 kg, sekarang hanya 1 kg. 

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, menyoroti seharusnya persoalan gizi buruk tidak terulang di Jakarta, karena pemerintah daerah memiliki sejumlah program bantuan kepada anak dan balita untuk memenuhi asupan gizinya. Di sisi lain, Jakarta juga ditopang oleh anggaran pendapatan dan belanja (APBD) paling besar dibanding daerah lain mencapai Rp80 triliun lebih.

Ketua Advokasi Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Idonesia (YAICI) Yuli Supriati mengakui, persoalan gizi buruk di DKI Jakarta bukan sebatas masalah ekonomi, melainkan pemahaman masyarakat akan gizi keluarga masih rendah. 

“Masih banyak masyarakat yang merasa malas datang ke Posyandu. Ditambah lagi dengan masa pandemi yang kita alami selama dua tahun kemarin, banyak aktivitas pemantauan kesehatan masyarakat terhambat," ujar Yuli dalam keterangannya, Rabu 11 Mei 2022. 

Kegiatan di Posyandu.

Photo :
  • vstory

"Sebenarnya jemput bola lebih efektif karena ketika mendapati masyarakat dengan anak yang mengalami gangguan kesehatan, kader Posyandu bisa segera mengambil tindakan pencegahan," tambahnya. 

Lebih lanjut, aktivis kesehatan itu juga menyoroti kebiasaan dan gaya hidup masyarakat yang lebih menyukai sesuatu yang instan dan praktis.

"Susu kental manis contohnya, masih banyak ditemui orangtua yang memberikan anak terutama balita susu kental manis sebagai minuman susu. Alasannya selain memang harganya ekonomis, susu jenis ini juga praktis dan disukai anak-anak. Padahal minim kandungan gizi,” pungkasnya. 

Yuli pun berharap pemerintah daerah dan dinas terkait dapat lebih meningkatkan pemantauan kondisi gizi masyarakat. 

Ilustrasi Gizi Buruk

Photo :
  • ANTARA/Eric Ireng

"Penting untuk mengetahui apa yang dikonsumsi masyarakat. Apakah mencukupi kebutuhan proteinnya, vitaminnya, apakah bayi mendapat ASI, jenis susu apa yang dikonsumsi anak, pola konsumsi masyarakat ini setidaknya harus diketahui. Jangan sampai gizi buruk ini baru diketahui setelah terjadi, setelah menjadi stunting sehingga sudah sulit untuk diperbaiki,” jelas Yuli. 

Dokter Spsialis Anak, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp. A (K) mengatakan, anak-anak usia 3 sampai 6 tahun adalah periode emas yaitu periode 1000 hari pertama kehidupan (HPK). 

"Kenapa periode ini adalah periode yang sangat diagung-agungkan atau digaungkan, karena di sini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat, mulai dari dalam kandungan, usia 1 tahun hingga usia 2 tahun, itu menjadi modal dasar," tuturnya. 

"Oleh karena itu, pemenuhan gizi sangat penting, sumber protein hewani harus ada setiap hari. Sumber protein dan lemak yang harus ada protein hewaninya plus ditambah dengan sayur dalam jumlah secukupnya," sambung dia. 

Cut Nurul pun mengungkapkan, kalau ingin anak-anak kita tinggi, harus ada protein hewani, seperti susu, ikan, daging dan telur, dalam menu makanan sehari-hari.