Terungkap, Penyebab Melonjaknya Wabah Misterius Pneumonia di China
- AP Photo/Andy Wong
JAKARTA – Wabah pneumonia misterius yang banyak menyerang anak-anak di China beberapa waktu belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
Bukan tanpa sebab, akibat pneumonia misterius ini, sejumlah rumah sakit yang ada di negara tirai bambu itu disebut-sebut 'kewalahan' menerima banyaknya kasus anak-anak dengan wabah misterius pneumonia ini.
Bahkan dilaporkan media setempat, Global Times, Rumah Sakit Anak Beijing menerima hingga 9.378 paisen setiap harinya dan sudah penuh selama dua bulan terakhir ini.
Berbicara mengenai penyebab pasti pneumonia misterius ini yang terjadi di Tiongkok masih belum dapat ditentukan. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini
Para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk mengetahui secara pasti apa yang menyebabkan lonjakan pneumonia anak yang tidak terdiagnosis yang terjadi di Beijing dan Liaoning di Tiongkok utara.
Namun, mereka yakin penyakit ini bisa disebabkan oleh lebih dari satu penyakit, termasuk yang disebabkan oleh RSV, flu, atau bakteri.
Profesor dari Universitas East Anglia, Paul Hunter mengungkap bahwa saat ini informasi yang ada terlalu sedikit untuk membuat diagnosis pasti tentang apa yang menyebabkan epidemi ini di Tiongkok.
"Mungkin juga ada lebih dari satu penyebab infeksi dari epidemi saat ini. Mungkin juga ada lebih dari satu penyebab infeksi dari epidemi saat ini," katanya dilansir laman The Sun.
Sementara itu, Profesor dari University College London, Francois Balloux mengatakan bahwa gelombang yang terjadi saat ini di Tiongkok kemungkinan disebabkan oleh patogen pernapasan yang berbeda seperti RSV atau flu.
"Meskipun ada kemungkinan juga bahwa sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae, yang umumnya tidak berbahaya," jelasnya.
Mengapa kasus pneumonia misterius ini begitu tinggi di China?
Seperti diketahui, Tiongkok menerapkan beberapa pembatasan COVID-19 yang paling ketat di dunia selama pandemi ini, dan memberlakukan pembatasan tersebut lebih lama dibandingkan negara lain.
Hal ini berarti kekebalan banyak anak terhadap penyakit musiman jauh lebih rendah dibandingkan sebelumnya, sehingga membuat mereka lebih berisiko mengalami gejala yang parah.
Profesor Hunter berkata bahwa tahun lalu Tiongkok masih menerapkan strategi nol COVID dan ini adalah musim dingin penuh pertama tanpa pembatasan.
"Salah satu penjelasan mengenai permasalahan yang terjadi saat ini adalah karena adanya pembatasan, masyarakat menjadi kebal terhadap penyakit apa pun yang menyebabkan penyakit seperti yang kita lihat tahun lalu di Inggris akibat Influenza dan Rotavirus," katanya.
Meskipun terjadi lonjakan kasus, beberapa ahli mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir akan terjadinya pandemi lagi
"Menurut saya, hal ini tidak akan mengarah pada keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Tetapi saya tidak akan sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan itu sampai kita mendapatkan diagnosis yang pasti," kata Prof. Hunter.