Kenali Gejala Klinis Penyakit Kaki Gajah

Penderita kaki gajah
Sumber :
  • Inin Nastain | Subang

VIVA.co.id -  Penyakit kaki gajah di Indonesia, kini sudah semakin jarang ditemui. Ini, lantaran prevalensi penyakit kaki Gajah di Indonesia sejak 45 tahun yang lalu (1970) berhasil diturunkan.

Pada 1980, prevalensi mikrofilaria (larva cacing filaria) yaitu 19,5 persen dan pada 2014 telah turun menjadi 4,7 persen.

Demikian pernyataan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, dr. HM Subuh MPPM, lewat rilis yang dikirimkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada VIVA.co.id, Sabtu 1 Agustus 2015.

Lebih lanjut, HM Subuh menjelaskan, Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Semua nyamuk dapat menjadi vektor penular filariasis. 

Untuk perkembangan nyamuk ialah di sawah, saluran air, rawa – rawa, dan tanaman air. Terdapat tiga spesies cacing penyebab Filariasis, yaitu: Wuchereria bancrofti; Brugia malayi; Brugia timori. Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia, namun lebih dari 70 persen kasus filariasis di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.

Gejala klinis

Cacing tersebut hidup di kelenjar dan saluran getah bening, sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik yang dapat menimbulkan gejala awal (akut) dan lanjut (kronis).

Gejala akut berupa demam berulang, 1 – 2 kali setiap bulan bila bekerja berat, tetapi dapat sembuh tanpa diobati dan peradangan kelenjar dan saluran getah bening (adenolimfangitis), terutama di daerah pangkal paha dan ketiak, tetapi dapat pula di daerah lain.

Sementara itu, gejala kronis terjadi akibat penyumbatan aliran limfe, terutama di daerah yang sama dengan terjadinya peradangan dan menimbulkan gejala seperti kaki gajah (elephantiasis), dan hidrokel.

“Pemerintah bertekad mewujudkan  Indonesia bebas Kaki Gajah Tahun 2020. Hal tersebut, dilakukan melalui BELKAGA (Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah), di mana setiap penduduk kabupaten/kota endemis Kaki Gajah serentak minum obat pencegahan setiap bulan Oktober selama lima tahun berturut-turut (2015-2020),” ujar HM Subuh.

Saat ini, Filariasis masih menjadi endemi di 241 kabupaten/kota di Indonesia. 46 di antaranya telah melaksanakan Pemberian Obat Pencegahan Masal (POPM) Filariasis selama lima tahun.

Sementara itu, 195 kabupaten kota akan melaksanakan POPM sampai dengan 2020, dengan jumlah penduduk sebesar 105 juta jiwa yang merupakan sasaran BELKAGA.

BELKAGA rencananya akan dicanangkan pada 1 Oktober 2015 oleh Presiden RI Joko Widodo di Cibinong, dan serentak diikuti oleh para gubernur di provinsi endemik lainnya. (asp)