Cara Mencegah Thalasemia

Ilustrasi Tes Darah
Sumber :
  • pixabay/publicdomainpictures

VIVA.co.id – Mungkin penyakit thalasemia bukan suatu yang terdengar asing lagi. Meski begitu, masih banyak yang tak memahami bahayanya penyakit ini.

Thalasemia, menurut ahli thalasemia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Pustika Amalia, SpA(K), merupakan penyakit yang sudah lama ada di Indonesia. Namun, karena dahulu yang menjadi fokus adalah penanganan penyakit infeksi, thalasemia tidak terlalu mendapat perhatian.

Amalia menjelaskan, thalasemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah, di mana ada protein pembentuk sel darah merah tidak dibuat. Hal ini pun membuat sel darah merah mudah pecah.

"Jika biasanya umur 120 hari sel darah merah sudah pecah, ini belum mencapai umur itu sudah pecah," kata Amalia saat konferensi pers Hari Thalasemia Sedunia di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin, 8 Mei 2017.

Kondisi tersebut pun mengakibatkan anak terlihat pucat. Dan, kondisi ini merupakan kelainan genetik, di mana sel darah merah yang dibuat tidak sempurna, bukannya tidak bisa membentuk sel darah merah. Sel darah merah yang terbentuk terus-menerus pecah sehingga menyebabkan anemia.

Penyakit ini, Amalia menjelaskan, merupakan penyakit yang diturunkan dan menurut hukum Mendel, genetik penyakit ini tidak melihat laki-laki atau perempuan. Jika satu saja anak dalam keluarga yang memiliki thalasemia, bisa dipastikan bahwa kedua orangtuanya memiliki thalasemia minor.

"Kalau mau saling menyalahkan, keduanya sama saja. Yang disalahkan adalah kenapa menikah," kata Amalia.

Jika kedua orang tua pembawa sifat thalasemia maka ada kemungkinan 25 persen dari setiap kehamilan terjadi thalasemia, atau bahkan tidak mengalami. Sedangkan 50 persen kemungkinan lainnya adalah anak bisa sebagai pembawa sifat.

Meski demikian, Amalia mengingatkan, perhitungan ini hanya bersifat probabilitas. Artinya, sama seperti ketika melempar dadu, hari ini Anda bisa mendapat angka enam, keesokan enam lagi, atau angka lain.

Inilah kenapa melakukan screening pada pasangan yang akan menikah menjadi penting. Jika masing-masing pasangan memiliki thalasemia, pernikahan sebaiknya tidak dilaksanakan untuk menghindari anak terkena thalasemia.