Berat Lahir Rendah Picu Obesitas Saat Dewasa

Orang yang mengalami kegemukan atau obesitas.
Sumber :
  • Pixabay/ cocoparisienne

VIVA.co.id – Obesitas menjadi masalah kesehatan yang kini semakin banyak dialami masyarakat. Gaya hidup, ditambah dengan kemudahan teknologi membuat banyak orang lebih banyak menerima asupan energi daripada energi yang dibuang.

Ketua PERGIZI PANGAN Indonesia, Prof. Dr. Ir. H. Hardinsyah, MS mengatakan, faktor risiko obesitas pada orang dewasa yang sudah terbukti dan disetujui oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO adalah aktivitas fisik dan asupan makanan terutama serat sebagai faktor pelindung obesitas.

Saat ini, banyak orang dewasa yang mengikuti gaya hidup sedentari atau malas bergerak, serta asupan makanan yang padat energi. Namun, asupan mikronutriennya sangat rendah sekali.

"Hasil temuan WHO tahun 2003 menyatakan, obesitas merupakan ketidakseimbangan antara menurunnya pengeluaran energi karena tidak adanya aktivitas fisik, dan makanan tinggi energi seperti kalori berlebih baik dari gula, tepung-tepungan, atau lemak," kata Hardinsyah saat International Conference on Global Healt di IMERI Universitas Indonesia, Jakarta, Selasa, 15 Agustus 2017.

Faktor-faktor tersebut, lanjut Hardinsyah, menjadi penentu utama terjadi epidemi obesitas. Karenanya, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengurangi asupan makanan tinggi lemak dan minuman berpemanis, bisa mencegah penambahan berat badan yang tak sehat.

Selain gaya hidup, faktor risiko yang bisa menimbulkan obesitas pada orang dewasa juga berkaitan dengan faktor masa kecil mereka. Hardinsyah menjelaskan, berat lahir yang rendah, asupan makanan yang buruk saat dalam kandungan, serta obesitas pada masa kecil juga memicu obesitas pada dewasa.

"Kurang tidur dan depresi juga menjadi faktor risiko obesitas pada orang dewasa," ujar dia. (mus)