Cerita Unik di Balik Ayam Merangkat, Kuliner Khas Lombok
- Instagram @araiamelya
VIVA Kuliner – Ayam merangkat menjadi salah satu kuliner khas yang berasal dari Lombok dan erat kaitannya dengan pernikahan. Mungkin sekilas mirip dengan ayam taliwang, namun ayam merangkat memiliki rasa yang lebih pedas.
Biasanya ayam merangkat juga menjadi sajian yang disuguhkan kepada calon pengantin atau tamu dan para wisatawan dengan menu pelengkap lain bagi yang berkunjung ke Desa Wisata Hijau Bilebante. Scroll ke bawah untuk simak artikel selengkapnya.
Cerita di balik ayam merangkat
Dijelaskan oleh Direktur Wisata Bilebante Pahrul Azim bahwa tidak semua jenis ayam bisa diolah sebagai ayam merangkat. Ayam yang dipiliih untuk dimasak adalah ayam kampung yang sudah dewasa.
"Ayam yang digunakan yaitu ayam kampung yang sudah dewasa, tapi tidak terlalu tua. Bisa ayam jantan maupun ayam betina, asal bukan ayam kota dan anak ayam," jelas Pahrul saat diwawancarai oleh VIVA di Desa Wisata Hijau Bilebante pada Senin, 28 November 2022.
Mengapa anak ayam tidak boleh dipilih? Hal itu dikarenakan usia ayam yang digunakan mencerminkan siapa yang akan menikah. Jika yang digunakan anak ayam, maka diibaratkan sebagai anak-anak yang usianya belum cukup untuk menikah.
Saat pernikahan akan digelar, mempelai pria harus melakukan adat Merarik yakni 'menculik' calon mempelai perempuan dengan diam-diam. Jika berhasil, maka pertemuan adat kedua keluarga akan digelar dan Ayam Merangkat disuguhkan
Sementara untuk proses penangkapannya, ayam tidak boleh sembarang ditangkap, tapi harus memenuhi beberapa aturan dan cara-cara yang telah ditentukan. Ayam yang ditangkap menjadi penanda bahwa akan ada yang menikah di desa tersebut.
“Ayam itu ditangkap tidak boleh pagi sampai dengan sore, tapi harus malam hari. Kenapa malam hari? Pertama kalo malam hari ayam kan tidak bisa melihat jadi ditangkapnya itu mudah. Kedua, kalo malam hari ayam itu ditangkap biasanya akan bunyi. Nah bunyi daripada ayam itulah kemudian menandakan oh ternyata malam ini ada yang menikah dia rame gitu,” jelasnya lagi.
Setelah itu, ayam yang ditangkap akan dobawa ke rumah pihak pengantin laki-laki dan dimasak dengan bumbu pedasserta harus disajikan antara jam 11 sampai jam 2 dini hari. Selain dimasak secara bersama-sama, ayam tersebut juga dimakan dengan bersama-sama pula.
“Biasanya ayam merangkat itu pedes, kenapa pedes ayamnya sedikit pesertanya banyak (agar tidak terlalu banyak makan),” ungkap Pahrul.
“Kemudian setelah di masak bareng, kan ada pengantin di sana, pengantin itu kita siapkan tiga menu, pertama kelor yang kedua telur ayam kampung yang ketiga adalah ayam merangkat
Kemudian, ayam yang telah dimasak disajikan, khusus untuk pengantin ayam merangkat disajikan juga bersama dua hidangan tambahan yakni daun kelor dan talur ayam kampung. Bukan tanpa alasan, tapi ada makna di balik pemberian penambahan daun kelor dan telur.
"Kelor diberikan supaya dengkul pengantin kuat, kalau telur disajikan guna menambah stamina, sedangkan ayam merangkat untuk mengenyangkan perut," kata Pahrul.
Sementara, untuk pengunjung atau tamu desa, maka hanya akan disajikan ayam merangkatnya saja dengan tambahan hidangan pelengkap lainnya seperti ares (olahan batang pisang), urap urap, sate pusut, tortila dan ikan bakar.