Cerita Rempah Indonesia Semahal Harga Emas
Rabu, 6 Februari 2013 - 14:49 WIB
Sumber :
VIVAlife - Jika Anda ditanya mengenai apa persamaan antara Zheng He, Christopher Colombus, Vasco Da Gama, Ferdinand Magellan, dan Francis Drake, pasti Anda akan menjawab bahwa mereka sama-sama merupakan pelaut luar biasa yang mengarungi berbagai samudera untuk mengeksplor penjuru dunia. Namun, terdapat jawaban yang lebih menarik.
Ya, mereka semua sama-sama mencari rempah. Begitu juga dengan Marco Polo, bangsa Belanda, Inggris dan perusahaan-perusahaan Perancis, Portugis, Spanyol, Italia, Arab, para pelaut serta pedagang lainnya. Mereka semuanya tertarik akan kisah rempah-rempah seperti cengkih dan pala yang banyak dicari dan itulah alasan mereka datang ke habitatnya langsung yaitu ke Spice Islands
atau Kepulauan Rempah yang berada di Indonesia.
Semuanya diceritakan dengan seru dalam buku berjudul Spice Islands karya Ian Burnet. Buku ini mengisahkan awal mula rempah-rempah menjadi komoditi yang berharga bahkan melebihi logam mulia dan batu permata.
Buku yang diterbitkan 2011 lalu ditulis Ian Burnet karena tertarik pada Spice Islands. Untuk memuaskan keinginannya memahami segala hal mengenai Spice Islands, ia melakukan pelayaran demi merekam sejarah pulau Ternate dan Tidore.
Ia bertemu mantan penguasa di sana dan menyampaikan niatnya untuk menulis buku. Perjalanan lalu membawanya menguak lebih dalam mengenai beragam intrik yang terkait dengan rempah-rempah yang telah ada selama 2.000 tahun lalu.
Diceritakan mengenai jalur rempah yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk perdagangan oleh para pelaut dan pedagang Arab. Namun, perdagangan rempah-rempah juga sempat menimbulkan persaingan antara Sultan Ternate dan Tidore.
Pada puncaknya, persaingan ini menimbulkan adanya perpaduan populasi antara dua pulau tersebut. Mereka juga bersaing untuk melakukan aliansi dengan negara-negara lain seperti Portugis dan Spanyol yang saat itu menawarkan kesempatan terbaik bagi mereka untuk membantu memenangkan persaingan tersebut.
Rempah Indonesia diselundupkan
Banyak pihak yang kemudian berusaha untuk mengendalikan perdagangan rempah seperti perusahaan Hindia Belanda yang sempat mendominasi perdagangan hingga bangkrut. Ada pula salah seorang warga negara Perancis bernama Pierre Poivre yang berhasil menyelundupkan beberapa tanaman rempah dari Indonesia ke Madagaskar untuk menyebarkan produksi cengkih dan pala ke negara lain.
Cengkih dan pala memang merupakan jenis rempah yang sangat terkenal di Indonesia bagian timur. Selain sejarah jalur perdagangan rempah yang mengikuti jalur perdagangan sutera melalui Asia Tengah hingga ke Samudera Hindia, buku ini juga menceritakan berbagai kegunaan rempah eksotis tersebut.
Awalnya, Ian Burnet mengaku sempat heran mengapa rempah begitu dicari dan harganya pun menyaingi harga emas. Berbagai penjelajah bahkan rela mengarungi lautan hanya untuk mendapatkan rempah.
"Waktu saya kesana, Spice Islands memiliki alam yang begitu indah dan saya menemukan banyak bukti sejarah peninggalan zaman dahulu yang menceritakan mengenai jalur rempah," kata Ian Burnet ketika ditemui di Dapur Babah Elite, kawasan Jakarta Pusat dalam acara yang diadakan Kedubes Australia.
Ian yang merupakan anggota The Australian Society of Authors, The NSW Writers Centre, dan Australian Indonesian Association telah menghabiskan lebih dari 20 tahun tinggal, bekerja serta melakukan travelling di Indonesia. Dalam buku yang ia ditulis, disuguhi petualangan mencari rempah asli Indonesia yang menakjubkan dan ternyata berpengaruh pada sejarah dunia.
Ya, mereka semua sama-sama mencari rempah. Begitu juga dengan Marco Polo, bangsa Belanda, Inggris dan perusahaan-perusahaan Perancis, Portugis, Spanyol, Italia, Arab, para pelaut serta pedagang lainnya. Mereka semuanya tertarik akan kisah rempah-rempah seperti cengkih dan pala yang banyak dicari dan itulah alasan mereka datang ke habitatnya langsung yaitu ke Spice Islands
Semuanya diceritakan dengan seru dalam buku berjudul Spice Islands karya Ian Burnet. Buku ini mengisahkan awal mula rempah-rempah menjadi komoditi yang berharga bahkan melebihi logam mulia dan batu permata.
Buku yang diterbitkan 2011 lalu ditulis Ian Burnet karena tertarik pada Spice Islands. Untuk memuaskan keinginannya memahami segala hal mengenai Spice Islands, ia melakukan pelayaran demi merekam sejarah pulau Ternate dan Tidore.
Ia bertemu mantan penguasa di sana dan menyampaikan niatnya untuk menulis buku. Perjalanan lalu membawanya menguak lebih dalam mengenai beragam intrik yang terkait dengan rempah-rempah yang telah ada selama 2.000 tahun lalu.
Diceritakan mengenai jalur rempah yang dikembangkan dan dimanfaatkan untuk perdagangan oleh para pelaut dan pedagang Arab. Namun, perdagangan rempah-rempah juga sempat menimbulkan persaingan antara Sultan Ternate dan Tidore.
Pada puncaknya, persaingan ini menimbulkan adanya perpaduan populasi antara dua pulau tersebut. Mereka juga bersaing untuk melakukan aliansi dengan negara-negara lain seperti Portugis dan Spanyol yang saat itu menawarkan kesempatan terbaik bagi mereka untuk membantu memenangkan persaingan tersebut.
Rempah Indonesia diselundupkan
Banyak pihak yang kemudian berusaha untuk mengendalikan perdagangan rempah seperti perusahaan Hindia Belanda yang sempat mendominasi perdagangan hingga bangkrut. Ada pula salah seorang warga negara Perancis bernama Pierre Poivre yang berhasil menyelundupkan beberapa tanaman rempah dari Indonesia ke Madagaskar untuk menyebarkan produksi cengkih dan pala ke negara lain.
Cengkih dan pala memang merupakan jenis rempah yang sangat terkenal di Indonesia bagian timur. Selain sejarah jalur perdagangan rempah yang mengikuti jalur perdagangan sutera melalui Asia Tengah hingga ke Samudera Hindia, buku ini juga menceritakan berbagai kegunaan rempah eksotis tersebut.
Awalnya, Ian Burnet mengaku sempat heran mengapa rempah begitu dicari dan harganya pun menyaingi harga emas. Berbagai penjelajah bahkan rela mengarungi lautan hanya untuk mendapatkan rempah.
"Waktu saya kesana, Spice Islands memiliki alam yang begitu indah dan saya menemukan banyak bukti sejarah peninggalan zaman dahulu yang menceritakan mengenai jalur rempah," kata Ian Burnet ketika ditemui di Dapur Babah Elite, kawasan Jakarta Pusat dalam acara yang diadakan Kedubes Australia.
Ian yang merupakan anggota The Australian Society of Authors, The NSW Writers Centre, dan Australian Indonesian Association telah menghabiskan lebih dari 20 tahun tinggal, bekerja serta melakukan travelling di Indonesia. Dalam buku yang ia ditulis, disuguhi petualangan mencari rempah asli Indonesia yang menakjubkan dan ternyata berpengaruh pada sejarah dunia.