Mengulik Falsafah Jawa Seorang Maestro Seni Lukis

Warsaw-1984
Sumber :
  • Dokumentasi Srihadi Soedarsono
VIVA.co.id
- Mengenal sosoknya yang sangat ramah, tidak akan menyangka bahwa lewat tangan-tangannya tersebut, telah lahir banyak karya besar, yang diakui tidak hanya di dalam negeri namun juga di luar negeri. Ia adalah Srihadi Soedarsono.


Pria yang pernah ditangkap, bahkan hingga dipenjara pada zaman penjajahan karena membawa granat di tangannya ini, sempat mengenyam pendidikan di beberapa tempat, mulai dari Balai Pendidikan Universiter untuk Guru Seni Rupa (sekarang fakultas Seni Rupa dan Desain ITB), di mana dia berkenalan dengan seni abstrak dan melukis kubisme.

Kemudian, Srihadi juga menghabiskan waktu di pulau Dewata, dimana disinilah dia mulai mendapatkan jawaban atas pertanyaannya tentang hakekat yang menghidupkan dan menggetarkan setiap obyek yang akan dilukisnya. 

Garis horizon, ternyata inilah jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya tentang konsep esensi. Garis sebagai esensi, merupakan perwujudan eksistensi dimensi roso, yang digunakan olehnya sebagai pendekatan dalam berkarya.

Melanjutkan studi di Amerika, di The Ohio State University, Srihadi yang juga pernah menjadi wartawan lukis di masa penjajahan Indonesia, menyempatkan diri untuk mempelajari Zen Buddhisme semasa tinggal di Amerika.

"Dalam menanggapi karya seniman Zen, saya tak ubahnya menghayati falsafah Jawa: Sing ono ora ono, sing ora ono, ono (yang ada tidak ada, yang tidak ada, ada)" ujar Srihadi di Senayan City, 13 Januari 2016.

Karena itu, setiap karyanya selalu mengedapankan aspek roso dalam pencarian dunia virtual spiritual secara kosmis, religius, romantik maupun humanis.

Selama puluhan tahun berkarya, lebih dari 400 karya seni yang nantinya akan dipertunjukkan pada masyarakat selama 11 hari, mulai tanggal 11 hingga 21 Februari 2016, di Galeri Nasional Indonesia. Mulai dari sketsa, drawing, dan cat air.