Agar Tak Cekak Usai Lebaran

Terkadang orang lupa, belanja jor-joran tanpa perhitungan.
Sumber :
  • Pixabay/stevepb

VIVA.co.id –  Wulandari, salah satu pegawai di kantor pemerintahan, setiap tahun harus memutar otak menjelang Lebaran. Sebagai PNS ia hanya mengantongi gaji sekitar Rp3 juta setiap bulannya. Uang sebanyak itu biasanya habis untuk membeli kebutuhan hari raya, seperti makanan, baju baru, dan 'angpaw' untuk keponakan-keponakannya. Belum lagi kalau gilirannya harus mudik. Biasanya ia sampai harus menguras simpanan.

Hanya tahun ini ia bisa sedikit bernafas lega, karena pemerintah memutuskan memberi gaji ke-14 yang peruntukannya sebagai Tunjangan Hari Raya. Meski hanya gaji pokok, uang itu bagaikan 'angin surga'. Setidaknya ibu dua anak ini masih memiliki harapan dana itu bakal tersisa hingga akhir Juli nanti mengingat Lebaran tahun ini jatuh di awal bulan, 6-7 Juli 2016. "Ditambah gaji suami, mudah-mudahan cukup," kata dia.

Mengatur keuangan menjelang, saat dan sesudah hari raya juga menjadi seni tersendiri buat Hisam. Pegawai swasta ini memilih menahan diri. Kebutuhan Lebaran hanya dipenuhi dari uang THR. Secukupnya saja, berapa yang ia terima itu yang akan dikeluarkan untuk membeli kue, baju, serta menyisihkannya untuk keponakan dan orangtua.

“Saya tidak mau menggunakan uang gaji bulanan untuk Idul Fitri karena sudah dipakai untuk berbagai biaya bulanan,” ucap Hisam yang masih melajang ini. Hisam tak ingin keuangannya morat-marit jika ia mengeluarkan uang tanpa perhitungan demi kebutuhan hari raya.

Ya, memasuki hari raya kebanyakan orang akan habis-habisan dalam pengeluaran. Sampai-sampai gaji bulanan dan THR pun habis tak bersisa hanya untuk memenuhi kebutuhan hari raya.

Bisa diprediksi, ketika hari raya usai, kondisi keuangan menipis bahkan nyaris habis, sehingga satu-satunya jalan adalah mengencangkan ikat pinggang. Tidak sedikit di antara kita yang harus memutar otak demi bertahan hingga ada pemasukan baru lagi.

Agar kondisi keuangan tidak 'berdarah-darah', kita tentu harus pintar-pintar mengatur keuangan, baik gaji maupun THR agar cukup memenuhi kebutuhan Lebaran sekaligus kebutuhan sesudahnya.

Menurut Farah Dini Novita, Senior Fiduciary Advisor dari Janus ID, untuk pengeluaran Lebaran usahakan hanya menggunakan THR saja. Sementara gaji digunakan untuk tambahan pengeluaran di bulan-bulan biasa seperti untuk membayar listrik, bahan makanan, dan lain-lain.

Supaya tak terlanjur 'sengsara' sebelum mengalokasikan pengeluaran, lebih baik melakukan budgeting. Untuk memudahkan agar tidak sembarang mengambil pos gaji, semua pengeluaran Lebaran bisa dimasukkan ke amplop sesuai dengan pos-posnya. Jadi, Anda hanya akan mengambil dana dari amplop tersebut bukan dari rekening gaji.

Saran serupa juga diungkapkan pakar keuangan Tejasari CFP dari Tatadana Consulting, sebaiknya gaji hanya digunakan untuk pengeluaran bulanan rutin. Seperti tabungan, bayar cicilan utang, pengeluaran rutin seperti transportasi, konsumsi, dan pengeluaran pribadi lainnya.

Sementara untuk pengeluaran seperti konsumsi dan transportasi yang pemakaiannya masih akan digunakan hingga akhir bulan, perlu disisihkan agar tidak habis sebelum waktunya. Komposisi yang umum untuk pengeluaran bulanan adalah, tabungan 10 persen, cicilan utang maksimal 30 persen, pengeluaran rutin 40 persen, dan pengeluaran pribadi 20 persen dari penghasilan.

Sedangkan untuk THR, pengeluarannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing orang. Misalnya membayar zakat, memberikan THR pada orang yang dipekerjakan, sedekah, kue dan baju lebaran serta biaya mudik hingga bujet untuk buka puasa bersama.

"Cobalah membuat perhitungan di awal berapa saja bujet yang kita butuhkan untuk masing-masing pengeluaran. Tentu saja jangan sampai pengeluaran ini melebihi THR yang kita dapatkan," kata dia.

Selanjutnya... Cara Bagi THR

Cara Bagi THR dan Kebutuhan Rutin

Sebagai penggambaran untuk mengatur pengeluaran, Farah memberikan contoh pembagian antara THR dan gaji untuk pengeluaran Lebaran dan kebutuhan sehari-hari Anda.

Mengingat tanggal 25 adalah akhir pekan, maka kemungkinan para karyawan sudah menerima gaji sekitar tanggal 24 atau tergantung dengan tanggal gajian masing-masing perusahaan. Dari tanggal tersebut, ada sekitar 10 hari terhitung dari tanggal gajian hingga selesai Lebaran hari kedua. Selama 10 hari tersebut, lakukanlah pengeluaran seperti di bulan-bulan sebelumnya ditambah dengan THR.

"Contohnya gaji Anda Rp3,5 juta ditambah dengan THR Rp3,5 juta, totalnya Rp7 juta. Pengeluaran untuk investasi atau tabungan Rp500 ribu, pengeluaran rutin rumah tangga mingguan Rp650 ribu, dan biaya listrik, air, dan sebagainya Rp550 ribu. Total pengeluaran menjadi Rp1,7 juta. Artinya Anda masih punya sisa Rp1,8 juta untuk dua minggu setelah Lebaran,” kata Farah.

Jika tetap disiplin dengan bujet, maka THR yang diterima bisa menutupi semua kebutuhan Lebaran. Bahkan, biaya dua minggu dari tanggal gajian hingga Lebaran juga bisa tertutupi dari THR sehingga gaji masih utuh sebelum gaji berikutnya. Malah dari uang tersisa Anda bisa menambah jumlah tabungan atau investasi.

Namun, sebelum membuat pos pengeluaran, tentukan dulu prioritas pengeluaran yang memang wajib dilakukan. Seperti membayar zakat penghasilan biasa dan zakat maal. Membayar cicilan, tabungan atau investasi, dan membayar THR untuk orang yang kita pekerjakan.

"Setelah kewajiban-kewajiban itu terpenuhi, sisanya bisa diatur untuk pengeluaran hari raya seperti biaya makan, mudik, dan uang untuk salam tempel dan lain-lain," ujar Farah.

Sebisa mungkin, lanjut Farah, buatlah daftar sedetail mungkin mengenai pengeluaran apa saja yang akan dikeluarkan. Dari yang terkecil hingga yang besar sehingga Anda bisa mengatur bujet untuk masing-masing pengeluaran. Kemudian, buat prioritas untuk barang atau makanan tertentu yang memang selalu ada di hari raya.

Tejasari menambahkan, saat mengatur keuangan, ingatlah untuk menyisihkan dana di awal untuk tabungan, membayar cicilan, serta kartu kredit yang jatuh tempo. Bagi yang sudah berkeluarga umumnya memerlukan 40 persen dari penghasilan untuk pengeluaran rutin. Sedangkan yang masih sendiri, hanya memerlukan 20 persen dari penghasilannya.

Sementara untuk pengeluaran pribadi, bagi yang sudah berkeluarga bisa menggunakan 20 persen dari penghasilan, dan yang masih sendiri bisa menggunakan 40 persen dari penghasilan.

"Saat berbelanja, berikan prioritas untuk kebutuhan pakaian atau perlengkapan muslim seperti baju, mukena, sajadah, atau kebutuhan lain yang memang dibutuhkan di hari raya. Jangan tergoda untuk membeli keperluan lain supaya tidak overbudget," kata Tejasari.

Namun, jika ternyata masih kesulitan mengatur keuangan hingga akhirnya uang yang dimiliki habis, Farah menyarankan agar menggunakan dana darurat terlebih dulu. Tapi, setelah itu dana darurat harus segera diganti.

Perlu diingat, hindari berutang untuk kebutuhan Lebaran. Lebih baik memulai budgeting sehingga tidak akan kehabisan uang. Akan lebih bahaya lagi jika belum memiliki dana darurat.

Alternatif lainnya, menurut Tejasari, memperketat pengeluaran dan hanya mengeluarkan uang untuk kebutuhan prioritas utama saja. Untuk pengeluaran lainnya yang tidak terlalu penting sebaiknya ditahan dulu.

"Kebetulan sekali gajian bulan Juli jatuh sebelum hari raya, jadi gunakan penghasilan bulan Juli untuk menutupi kebutuhan Lebaran yang masih belum kita bayarkan. Kemudian lakukan pengeluaran yang ketat untuk bulan Juli. Kalau ternyata tidak cukup, maka terpaksa kita harus menggunakan kartu kredit. Tapi ingat, lunasilah saat jatuh tempo dan perketat pengeluaran bulan depan,” ucap Tejasari.

Jika sadar penghasilan Lebaran akan sangat menyita seluruh penghasilan, bisa mencoba mencari penghasilan di luar gaji untuk bertahan hidup.

"Jauh sebelum Lebaran Anda bisa melakukan bisnis tambahan seperti menjadi reseller baju muslim atau kue kering. Tentu bisnis akan ada risiko atau tidak sesuai harapan, karenanya lakukan bisnis yang Anda pun tidak perlu keluar modal,” katanya.

Tejasari juga menyarankan, selain mencari penghasilan tambahan, Anda bisa mengurangi pengeluaran sebanyak-banyaknya. Kalau memang tidak mampu mencari penghasilan tambahan, maka langkah terakhir yang bisa kita lakukan adalah mencari dana pinjaman. Tapi ingat ini hanya langkah terakhir.