Nikmatnya Duduk di Kursi Jati Tua Sambil Seruput Kopi

Nyontong Cafee
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Daru Waskita/ Yogyakarta

VIVA.co.id – Minum kopi di kedai bernuansa perkampungan di pinggiran kota Yogyakarta, tentu memberi sensasi yang berbeda. Lebih tenang, dan jauh dari kebisingan.

Salah satu kedai kopi, Nyontong Cafee menjadi tempat yang pas, bagi Anda yang ingin menikmati kopi dan mencari ketenangan. Terletak di Jalan Imogiri Barat Km 7.5, tepatnya di Dusun Semail, Desa Bangunharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, kedai kopi ini punya nuansa yang berbeda..

Nyontong Cafee berada di tengah perkampungan dan bersatu dengan sebuah galeri yang menyediakan furnitur lawasan atau tua yang hampir semuanya berasal dari kayu jati antik.

Bagas Wisnu barista di Nyontong Cafee mengatakan pemilihan lokasi di tengah kampung dan berada di sebuah galeri furnitur adalah permintaan dari pemilik galeri yang ingin tempat ramai sekaligus bisa menjadi koleksi furnitur antik yang harganya sudah selangit.

"Kebetulan pemilik masih ada hubungan keluarga dengan saya. Ketika saya ditawari langsung mengiyakan," kata Bagas.

Nyontong Cafee kata Bagas belum lama dibuka dan koleksi kopi belum selengkap kedai kopi yang sudah buka tahunan dan pelanggannya cukup banyak.

"Di sini jenis kopi tidak banyak namun untuk kopi robusta dan arabika sudah disiapkan. Namun untuk alat membuat kopi mungkin di sini yang paling lengkap sendiri dibandingkan kedai kopi lainnya di Yogya," ucapnya.

Buka pukul 18.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB dipastikan sudah banyak pelanggan yang datang untuk memesan kopi dan camilan penggelitik lidah.

"Biasanya paling ramai mulai pukul 20.00 WIB hingga jelang tutup pukul 22.00 WIB," tuturnya.

Dengan meja dan kursi-kursi tua dan antik tentunya semakin menambah suasana menjadi nyaman bagi pelanggan. Apalagi pelanggan bisa duduk di papan kayu jati yang usianya sudah dua abad, sehingga, terasa seperti duduk di atas batu.

"Ada papan kayu jati yang tebal dan usianya hampir dua abad kita sulap menjadi papan untuk tempat duduk sambil ngopi. Mejanya pun juga dari papan kayu jati yang usianya juga sudah tua," tutur pemuda yang mengaku masih lajang ini.

Berada di tengah perkampungan tentunya untuk harga kopi cukup terjangkau. Namun jika ingin kopi luwak yang asli, harganya akan berbeda karena harga biji kopi sudah mahal.

"Kita ambil biji kopi luwak dari Wonosobo harganya sudah Rp1,5 juta," ungkapnya.

Namun demikian kata Bagas pelanggan di tempatnya banyak yang memilih kopi jenis robusta yang bisa dicampur dengan susu ataupun gula sehingga rasanya ada manisnya.

"Namun bagi penggemar kopi maka akan pilih kopi arabika yang  rasanya akan jauh berbeda," ungkapnya.

Untuk satu cup kopi robusta kata Bagas pelanggan cukup mengeluarkan uang Rp13 ribu. Namun jika ditambah susu hanya tambah Rp2 ribu.

"Kalau untuk kopi luwak harganya sudah sampai Rp25 ribu. Itu jauh lebih murah dibandingkan kedai kopi di kota yang harganya bisa Rp40 ribu per cup kopi," ujarnya.