8 Langkah Ajak Anak Pahami Teror Tanpa Rasa Takut

Sejumlah anak bersama ibu mereka membaca buku di stand Mobil Buku Keliling (ilustrasi)
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

VIVA – Peristiwa peledakan bom beruntun yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo, Minggu, 13 Mei 2018, tentu menyita perhatian kita bersama. Bahkan pagi ini, Senin, 14 Mei 2018, di Polres Mapolrestabes juga dikabarkan terjadi ledakan. Bukan tidak mungkin anak-anak ikut terpapar informasi dari pemberitaan di berbagai media, karena Anda terus-menerus menyalakan televisi untuk mengikuti update terkini.

Aksi teror pada prinsipnya ditujukan untuk menimbulkan rasa takut. Bisa jadi ketakutan itu juga dialami anak. Meski belum sepenuhnya paham tentang aksi terorisme, kita dapat memanfaatkan kejadian yang diduga bom bunuh diri di Surabaya sebagai media pembelajaran dan berbincang dengan anak.

Pendidik dan psikolog Najelaa Shihab, memberikan kiat bagi orangtua untuk membincangkan kejahatan teror pada anak, melalui beberapa hal penting berikut ini seperti dikutip dari akun Instagramnya.

1. Pilih suasana dan waktu yang tepat.

2. Tanyakan perasaan anak dan cari tahu seberapa banyak informasi yang diketahui anak tentang teror/kekerasan. Ajukan pertanyaan, seperti: “Dengar berita hari ini? Apakah tadi heboh dibicarakan?”

3. Tiap anak memiliki tingkat kecemasan yang berbeda dan cara mengekspresikan emosi yang unik. Ajak anak untuk mengenali dan mengidentifikasi emosinya.

4. Orangtua/guru harus menunjukkan sikap tenang dan tidak menularkan kekhawatiran yang berlebihan. Hindari menyalahkan dan memperkuat prasangka yang salah terhadap kelompok tertentu.

5. Apabila anak berbagi fakta, opini, atau spekulasi tertentu, ajukan pertanyaan mengenai kredibilitas informasi, seperti: “Sudah dicek kembali ke website resmi? Apa manfaatnya kalau gambar ini disebar?” Jadilah teladan bagi anak tentang literasi media dan informasi dengan selalu kritis mengecek kebenarannya.

Baca juga: Anak Pelaku Bom Bunuh Diri, KPAI: Korban Kesalahan Orangtua

6. Ajarkan anak untuk tahu bereaksi dalam situasi darurat, misalnya bersikap tenang, tahu tanda/lambang keamanan, seperti pintu darurat, hapal nomor telepon orangtua, tahu cara mengungkapkan kecemasan kepada orang dewasa, memahami dan
dapat mengikuti instruksi, serta menghindari kerumunan.


7. Ajarkan anak untuk sensitif dan responsif pada lingkungan sekitar, misalnya siapa yang butuh bantuan. Ajari dengan pertanyaan, “Apa yang bisa kamu lakukan kalau…?” atau “Bagaimana kita bisa membantu mereka, ya?”

Baca juga: 10 Trik Lindungi Keluarga dari Serangan Terorisme

8. Diskusikan kejadian sehari-hari maupun berita populer di media massa sesuai usia anak sebagai bagian dari rutinitas keluarga. Hal ini mengajarkan anak mengenai nilai sosial di masyarakat.