Moms, Ini Cara Tepat Edukasi Seks pada Anak Sejak Dini

Ilustrasi Pendidikan Seks
Sumber :
  • http://rudicahyo.com/

VIVA – Tak sedikit kasus pernikahan dini terjadi akibat minimnya edukasi pada anak-anak yang terjerumus seks bebas. Untuk mencegahnya, penting agar pendidikan seks diberikan sejak usia kanak-kanak.

Akan tetapi, banyak orangtua yang menilai bahwa edukasi seks pada anak terlalu berlebihan dan bahkan tabu. Tak jarang, orangtua memilih diam dan anak akhirnya memilih mencari informasi seks melalui internet maupun teman sebaya, yang belum tentu benar adanya. 

Padahal, untuk memulai edukasi pada anak mengenai seks, orangtua harus lebih dulu mengubah perspektifnya. Apa saja caranya untuk mengedukasi anak soal seks? Berikut cara mudahnya:

Kerjasama Orangtua
Dijelaskan Psikolog Inez Kristanti, memiliki anak dan berkeluarga itu butuh kesiapan psikologis. Terlebih, sebaiknya direncanakan dengan matang. Pasangan yang siap secara psikologis akan membantu mereka jadi orang tua yang baik.

"Pasangan nantinya bisa mendidik dengan benar, lebih bahagia. Setelah menikah, pasangan harus bisa menjadi satu tim dan tidak bersaing," ujar Psikolog Inez Kristanti, dalam Dialog Produktif Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9)-KPCPEN, baru-baru ini.

Pemahaman Soal Seks
Psikolog Inez Kristanti menegaskan bahwa seks bukan selalu terkait dengan intercourse atau hubungan intim. Spektrum penjelasan seks sebenarnya lebih luas dan harus dipahami oleh tiap orangtua.

"Itu terkait relasi dengan tubuh sendiri, menghayati organ-organ tubuh, dan relasi cinta kasih dengan orang lain itu bagian dari sensualitas. Kalau perseptif tersebut bisa dipahami, sebenarnya anak-anak justru perlu diberikan pendidikan itu," ujarnya.

Mengenalkan Organ Reproduksi dengan Tepat
Satu hal yang penting dan kerap diabaikan dalam awal edukasi seks adalah memperkenalkan organ reproduksi. Menurut Inez, banyak orangtua yang tak memperkenalkan sejak dini ataupun memilih kata ganti untuk penyebutan organ kelamin anak.

"Ketika memperkenalkan organ-organ pada anak itu penting. Organ seksual sering diganti pakai kata lain karena orangtua canggung untuk menyampaikannya. Padahal sebenarnya itu bahasa yang cukup baku, untuk semua penyebutan organ kelamin ya seperti itu," imbuh Inez.

Bangun Kepercayaan Anak
Dengan mengajarkan anak nama organ sesuai kata baku yang berlaku, secara tidak langsung akan membangun kepercayaan anak. Hal itu membuat anak akan melihat orangtua sebagai sosok teman dan sahabat untuk membicarakan banyak hal, termasuk bertanggungjawab menjaga kesehatan organ reproduksinya.

"Kalau kita terlihat malu dan menutupi, pada akhirnya anak enggan bicarakan terkait seksualitas. kalau ada pertanyaan, nanti dia malah canggung malah nanya ke temen. Sehingga penting bagi orangtua untuk posisikan diri sebagai teman dalam mengenalkan seksualitas pada anak dan bukan sesuatu yang ditabukan tapi perlu dihayati untuk bertanggungjawab," kata Inez menegaskan