Menanti Mukjizat, Bayi Gibran Bangun dari Koma 5 Bulan

Ilustrasi.
Sumber :
  • pixabay/ jakobing85

VIVA.co.id – Widya Nuranisa, ibu muda yang masih berusia 25 tahun, harus menghadapi kenyataan pahit saat buah hatinya Muhammad Gibran Mahrez divonis mengidap penyakit encephalitis. Penyakit parah yang membuat bayi berusia 15 bulan ini harus terbaring koma di rumah sakit selama lebih dari lima bulan.

Yang lebih memilukan, kata Widya, penyakit ini datang tanpa diketahui dan tiba-tiba. Wanita yang sempat bekerja di dunia perbankan ini tidak menyangka, pada malam 21 April 2017 lalu, saat menggendong Gibran karena rindu setelah seharian bekerja, putra kesayangannya itu justru mengalami kejang tanpa disertai demam.

"Gibran kejang selama 15 menit, dan saat itu saya langsung bawa ke rumah sakit terdekat. Dia sempat kritis selama 2,5 hari lalu dinyatakan koma atau rest encephalitis," ujar Widya berbincang dengan VIVA.co.id, Senin, 25 September 2017.

Dokter pun tidak bisa menjelaskan banyak mengenai kondisi Gibran. Bahkan setelah sekian lama mengalami koma, dokter sudah tidak lagi memberikan penjelasan apapun mengenai kondisi Gibran.

Saat divonis penyakit encephalitis, dokter hanya mengatakan pada Widya dan suaminya, "Kita tunggu dan lihat saja." Menurut dokter, kondisi penyakit yang dialami Gibran bisa membuatnya tidak bangun lagi atau bangun kembali, semua hanya tinggal menunggu mukjizat.

Meski dari berbagai laman organisasi kesehatan dijelaskan jika encephalitis bisa dikenali lewat tanda-tanda tertentu, tidak demikian yang terjadi pada Gibran. Widya mengaku, sebelum jatuh koma, Gibran adalah anak yang sehat. Ia lahir dengan normal dan tanpa riwayat penyakit apapun. Sebelum sakit, Gibran juga tidak mengalami sakit apapun.

"Tiap bulan saya selalu bawa ke dokter anak, imunisasi semua juga full saya lakukan, termasuk meningitis dan encephalitis," ungkap Widya.

Namun, untuk encephalitis memang tidak bisa menjamin bahwa seorang bayi bisa terhindar. Menurut Widya, dokter sempat mengatakan jika ada kondisi dalam tubuh Girban yang membuat imunisasi encephalitis tidak bisa melindunginya dari penyakit berbahaya itu.

Hamil 6 Bulan

Meski dokter sudah angkat tangan atas kondisi Gibran dan rumah sakit hanya menyediakan ruang dan peralatan untuk perawatan Gibran, tapi harapan Widya agar Gibran sembuh tidak pernah putus. Kata-kata positif selalu terucap setiap kali menceritakan keadaan Gibran saat ini.

"Saya dan suami selalu percaya, semua penyakit itu pasti ada obatnya. Suatu saat pasti bangun," kata Widya penuh harapan.

Harapan Widya seolah terjawab, Gibran semakin hari semakin menunjukkan perkembangan positif. Ia sudah memperlihatkan gerakan di kakinya, meski dokter sudah menyatakan Gibran mati batang otak.

Semangat positif Widya juga bertambah dengan kehadiran calon bayi di perutnya. Di saat dirinya tengah fokus merawat Gibran, tanpa disadari janin di dalam kandungannya sudah berusia tiga bulan.

"Saya sempat syok, saya pikir saya enggak menstruasi karena stres. Tapi, dokter bilang ada janin yang sudah berusia tiga bulan," kata Widya.

Widya juga bersyukur, meski sempat tak menjaga kondisi tubuhnya karena fokus pada Gibran, janin dalam kandungannya dinyatakan sehat dan tanpa kekurangan satu apapun. Hingga sekarang kandungannya sudah berusia 6 bulan, semua berjalan baik-baik saja.

"Kalau nengok Gibran selalu saya pegangin tangannya ke perut, dia juga kelihatan ada respons," ujar Widya.

Kini, Gibran sudah banyak menunjukkan kemajuan yang pesat. Widya menceritakan, ventilator yang digunakan Gibran sudah berkurang menjadi 25 persen saja dari awalnya 100 persen.

Meski dokter memperingatkan akan risiko kerusakan jika menggunakan ventilator dalam waktu lama, Widya bersyukur Gibran tidak mengalami kerusakan apapun di tubuhnya.

"Ini memang benar-benar mukjizat," ucapnya.

Encephalitis

Encephalitis merupakan peradangan pada jaringan otak. Penyebab paling umumnya adalah infeksi virus, meski pada kasus langka, bisa disebabkan oleh bakteri atau bahkan jamur.

Dilansir laman Health Line, ada dua tipe utama ecephalitis, primer dan sekunder. Encephalitis primer muncul ketika virus secara langsung menginfeksi otak dan saraf tulang belakang. Sementara encephalitis sekunder muncul ketika infeksi mulai timbul di manapun di dalam tubuh dan kemudian menjalar ke otak.

Encephalitis merupakan kasus yang jarang namun penyakit yang serius dan bisa mengancam jiwa. Anda harus segera menemui dokter jika memiliki gejala penyakit ini.

Gejala encephalitis bisa muncul mulai dari yang ringan hingga parah. Gejala yang ringan meliputi demam, sakit kepala, muntah, leher kaku, dan kelelahan.

Sedangkan gejala yang parah meliputi demam hingga 39,4 derajat celcius atau lebih tinggi, kebingungan, mengantuk, halusinasi, gerakan melambat, koma, kejang, mudah marah, sensitif terhadap cahaya, hingga tak sadarkan diri.

Pada bayi dan anak-anak, gejala yang ditunjukkan bisa berbeda lagi. Segera konsultasikan pada dokter jika Anda melihat gejala seperti muntah, fontanel menonjol (area lunak di kepala), menangis tidak berhenti, tubuh kaku, nafsu makan hilang pada anak.

Sementara, dikutip dari laman Kids Health, sulit untuk mendeteksi gejala ini pada bayi. Encephalitis bisa diikuti atau dibarengi dengan penyakit virus umum lainnya. Terkadang tanda dan gejala berasal dari penyakit ini sebelumnya. Tapi seringkali, encephalitis muncul tanpa ada tanda peringatan.