Napak Tilas Peradaban, Ajak Telusuri Jalur Sejarah Indonesia

Priyaris Munandar
Sumber :
  • VIVA/ Rintan Puspitasari

VIVA – Napak Tilas Peradaban, dalam kaitannya dengan perayaan 400 tahun Batavia-Jakarta (1619-2019) adalah tema yang dipilih perupa Priyaris Munandar sebagai fokus pameran tunggalnya.

Misi dari pameran tunggal Priyaris adalah 'konektivitas' menginspirasi karya seni rupa dan sebaliknya, karya seni rupa mendorong terjadinya 'konektivitas' yang secara tidak langsung dapat memperkuat perdagangan internasional.

Indonesia adalah negara yang sangat beruntung karena mendapat pengaruh dari empat rute besar perdagangan-kebudayaan, yaitu kebudayaan Barat, kebudayaan Tiongkok, kebudayaan Hindu (India), dan kebudayaan Islam. Semua kebudayaan itu saling memperkaya kebudayaan Indonesia. Spirit itulah yang coba digambarkan Priyaris melalui pameran tunggalnya ini.

"Saya melakukan petualangan imajinasi, tidak semua ada di buku, imajinasi untuk merasakan bentuk, susunan. Saya berusaha menghadirkan visualisasi," kata seniman kelahiran Bantul, Yogyakarta ini di Galeri Nasional, Jakarta Pusat, Selasa, 25 Juni 2019.

Sebagai seorang perupa, Priyaris banyak terinspirasi oleh gambar atau artefak asli yang dibawa oleh misionaris dan pengembara, termasuk menonton film-film sejarah dokumenter dan membaca buku-buku untuk menjadi sumber inspirasinya, yang kemudian dicoba dituangkan dalam bentuk karya visual dua dimensi.

Priyaris hendak menghidupkan kembali tradisi pertukaran seni dengan menginterpretasikan saat-saat masa itu ke dalam karya-karya seninya, dengan gaya dan tekniknya yang khas dan tersendiri, yaitu 3M (Membentuk-Merusak-Menghias).

Membentuk oleh Priyaris dirujukan pada Dewa Brahma, Merusak merujuk pada Dewa Siwa dan Menghias merujuk pada Dewa Wisnu. Ketiga Dewa ini yang kemudian dijadikan metode pria lulusan ISI Yogyakarta itu dalam melukis. Bahkan untuk merusak hasil karyanya, Priyaris mengatakan perlu mendapat inspirasi sebelum akhirnya menuangkan air ke atas kanvas yang telah dilukisnya dengan bahan cat akrilik.

Salah satu karya yang menurutnya cukup memakan waktu lama saat dibuat adalah lukisan bertajuk Study with the Master (Berguru pada Master). Menurutnya, makna lukisan ini sendiri cukup dalam,"Berguru pada Maha Guru," katanya tak bisa menjelaskan.

Dalam pameran ini dibagi menjadi tujuh rute, yaitu Jalur Teh-Kuda Kuno, Jalur Sutera, Jalur Raya Pos, Jalur Dupa, Seri Tokaido, Jalur Rempah, dan rute lainnya garan, timah, Trans Sahara, Amber, di mana di setiap rute penikmat seni bisa memperoleh gambaran jelas tentang bagaimana rasa Priyaris dalam menyampaikan peristiwa, ditambah lagi dengan adanya artefak-artefak yang terletak di bagian tengah ruang pameran.

Sementara di bagian Tokaido, pengunjung bisa menjajal berbagai permainan Board Game seru tentang sejarah ataupun hal menarik lainnya.

"Pokok perupaan berupa sejarah peradaban, perniagaan, jalur perniagaan yang penting yang ada di dunia. Pokok perupaan akan menghantarkan kita ke masa lalu, jalur rempah-rempah, teh. Priyaris akan mengajak melalui lukisannya ke masa lalu,"kata Wahyudin, kurator pameran.

Pameran tunggal  yang merupakan hasil kerja sama Sarasvati Art Communication & Publication, Galeri Nasional Indonesia-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Studio Lir Ilir 234, dan PT. Pos Indonesia ini resmi dibuka pada hari Selasa, 25 Juni 2019 di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur No. 14 Jakarta Pusat, akan menghadirkan 35 karya Priyaris yang akan dipamerkan hingga Minggu, 15 Juli 2019, dengan jam buka setiap hari pukul 10.00 hingga 19.00 WIB. (rna)