Ziarah Makam Para Raja-raja Gowa
- VIVA.co.id/Yasir
VIVA.co.id – Kompleks Makam Pahlawan Sultan Hasanuddin, merupakan salah satu objek cagar budaya peninggalan kerajaan Gowa, yang masih dapat kita saksikan sampai sekarang. Cagar budaya itu kini dikelola oleh Badan Pelestarian Cagar Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Letaknya di puncak bukit Tamalate, tepatnya di jalan Pallantikang, kelurahan Katangka, kecamatan Somba Opu, kabupaten Gowa. Lokasinya tak jauh hanya 3,3 kilometer dari Makassar. Pengunjung dapat masuk secara bebas tanpa dipungut biaya.
Selain dimanfaatkan menjadi objek penelitian dalam pengembangan khazanah sejarah kebudayaan Nusantara, kompleks Makam Sulatan Hasanuddin menjadi salah satu alternatif objek wisata sejarah di Sulawesi Selatan. Tak sedikit pula peziarah yang berkunjung, menandakan tempat tersebut masih memiliki ikatan emosional masa lalu dengan masyarakat.
Pada kompleks makam Sultan Hasanuddin, Anda akan mendapati 21 makam. Selain raja, bersemayam juga para keluarga dan kerabat dari lingkungan Kerajaan Gowa.
Kompleks makam seluas 12.666 meter persegi itu terdapat tujuh makam raja-raja Gowa. Selain Sultan Hasanuddin, di tempat yang sama, dimakamkan pula Sultan Alauddin, raja Gowa yang pertama kali menyebarkan ajaran Agama Islam di Kerajaan Gowa.
Juru Pelihara, atau Pengelola Kompleks Makam Sultan Hasanuddin, Syahrul, menyebut tujuh raja Gowa yang dimakamkan di kompleks itu, yakni Raja Gowa ke-11 Karaeng Data Tunibatte, Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin, Raja Gowa ke-15 Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-16 Sultan Hasanuddin, Raja Gowa ke-17 Sultan Amir Hamzah, Raja Gowa ke-18 Sultan Mohammad Ali, dan Raja Gowa ke-19 Sultan Abdul Jalil.
Selain tujuh raja Gowa, ada pula makam Raja Tallo ke-6 yang berada di kawasan itu. Nama lengkapnya I Tepukaraeng Daeng Parabbung, Karaeng Bontolangkasa, "Tunipasulu'", gelar anumerta "Tumenanga ri Butung".
Makam ini secara umum terbagi dalam tiga tipe makam, yaitu makan berbentuk punden berudak, dengan teknik susun timbun sebagai cungkup makam, makam berkubah, dan makam dengan bentuk sederhana berupa jirat atau kijing. Syahrul mengatakan ornamen makam di sana bercirikan Islam.
"Khusus makam Sultan Hasanuddin, diberikan tanda ayam jantan, julukan yang diberikan oleh Laksamana Cornelis Speelman pada masa penjajahan dulu," kata Syahrul yang juga pegawai PNS di BPCB Kemendikbud kepada VIVA.co.id, Kamis, 14 September 2017.
Pelantikan 36 raja Gowa
Di sebelah kiri bagian depan kompleks makam, terdapat lokasi tempat pelantikan raja Gowa yang bernama Batu Pallantikang. Total ada 36 raja Gowa yang dilantik di lokasi tersebut.
Mulai dari Raja Gowa yang pertama, Karaeng Tumanurung, hingga raja Gowa ke-36, Andi Ijo Daeng Mattawang Karaeng Lalolang Sultan Muhammad Abdul Kadir Aidudin pada tahun 1946. Andi Ijo juga sekaligus menjadi Kepala Daerah tingkat II Gowa (Bupati Gowa) pertama dan mendeklarasikan diri sebagai raja Gowa terakhir setelah Kerajaan Gowa dinyatakan bergabung dengan Indonesia pada 1978.
Menurut Syahrul, lokasi tersebut menjadi sakral, sebab para raja-raja Gowa terdahulu resmi mendapatkan gelarnya di kompleks makam tersebut. Banyak peneliti atau pun peziarah yang masih rutin berkunjung.
Kini, di bawah pengawasan BPCB Kemendikbud, kompleks Makam Sultan Hasanuddin terus dilakukan perawatan. Mulai dari menebang pohon yang berpotensi merusak makam akibat akar yang menjalar hingga membuat taman.
Fasilitas umum seperti toilet, gazebo dan juga aula pertemuan tersedia di tempat itu. Pengunjung dapat masuk setiap hari mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00 WITA.