Tekad Mbah Sarmi Pergi Haji dan Menutup Usia di Tanah Suci

Sarmi Rukamin Majari atau Mbah Sarmi, jemaah haji lansia asal Tulungagung.
Sumber :
  • PPIH Embarkasi Surabaya

VIVA – Usia Sarmi Rukamin Majari atau Mbah Sarmi, terbilang cukup sepuh karena telah berusia 78 tahun. Raga jemaah haji kelahiran Dusun Tempel, Desa Tanggul Kundung, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, itu juga penuh keterbatasan.

Namun tekadnya untuk melaksanakan ibadah haji ke Mekah sangat kuat. Dia bahkan ikhlas jika ditakdirkan Allah meninggal dunia di Tanah Suci.

Mbah Sarmi tergabung dalam jemaah haji kelompok terbang 34 asal Kabupaten Tulungagung. Karena keterbatasan biaya, dia berangkat haji seorang diri tanpa didampingi pihak keluarga.


Tiba di Asrama Haji Surabaya di Sukolilo pada Rabu sore, 17 Juli 2019, Mbah Sarmi langsung mendapat perlakuan khusus dari petugas haji. Kendati fisik terbatas, namun raut kegembiraan tampak di wajah Mbah Sarmi. Dia bahagia bisa melaksanakan ibadah haji.

“Kuat aku iki Mas, tidak apa-apa meski tidak ada cucu yang mendampingi. Aku meninggal di Arab Saudi, ya tidak apa-apa Mas. Aku ikhlas, ikhlas,” kata Mbah Sarmi saat ditemui wartawan di Asrama Haji Surabaya, Jawa Timur.

Mbah Sarmi bercerita, dirinya memang memiliki keterbatasan fisik sejak lahir. Tangan kanannya tak bisa digerakkan dan hanya tangan kirinya saja yang selalu dia gunakan dalam aktivitas sehari-hari.

“Dulu orangtua saya bilang, kalau dulu saya mau diambil (diasuh) dan dibawa ke Solo, tetapi mbah sama bapak saya tidak memperbolehkan dibawa,” katanya.

Mbah Sarmi sekarang tinggal seorang diri di rumahnya yang tak begitu layak. Alhamdulillah, saudara-saudaranya masih perhatian dan merawat. Sehari-hari, dia mengais rezeki dengan bertani.

Mulai menanam singkong, sayur-mayur, hingga jagung, dia tanam di atas sebidang tanah peninggalan orangtuanya. Hasil panennya kemudian dia bawa dengan rinjih, dipikul dari lereng Gunung Tanggul Kundung ke pasar untuk dijual.

“Untungnya ya, sedikit, hanya bisa untuk makan hari ini. Untuk (makan) besok ya kerja lagi,” ujar Mbah Sarmi.

Keinginan berhaji sudah lama diidamkan Mbah Sarmi. Dia mendaftar beberapa tahun silam dengan menjual sebidang tanah peninggalan orangtuanya. Sejak empat tahun lalu, setiap tahun dia bertanya ke Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang ia ikuti kapan berangkat, namun tak kunjung diberangkatkan.

Sempat ditawari umrah saja karena keterbatasan fisik, namun Mbah Sarmi bertekad kuat ingin melaksanakan rukun Islam kelima.

“Aku ini Mas sudah adep mantep, hatiku untuk haji, tidak apa-apa saya tunggu saja sampai saatnya tiba,” katanya.

Niat Mbah Sarmi akhirnya terkabul. Dia dipanggil untuk berangkat melaksanakan ibadah haji tahun ini. Sesuai jadwal, bersama jemaah Kloter 34 dia diberangkatkan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkasi Surabaya dari Bandara Internasional Juanda Surabaya menuju Tanah Suci pada Kamis siang, 18 Juli 2019, sekira pukul 13.00 WIB. (ase)