Masjid-masjid nan Menawan di Sekitar Nabawi

Masjid Ghamamah
Sumber :
  • AL-Madinah Al Munawwarah Research Studies Center.

VIVA – Kota Madinah tidak hanya dikenal dengan keberadaan Masjid Nabawi. Di sekitarnya juga terdapat sejumlah masjid bersejarah.

Banyak kisah ditorehkan di masjid-masjid itu. Para jemaah umrah maupun haji, di sela waktu luang, juga ada yang menyempatkan untuk mengunjunginya.

Keberadaan masjid-masjid itu umumnya terawat baik. Bahkan, ada yang hanya berjarak beberapa meter dari Masjid Nabawi. Berikut di antaranya:  

1. Masjid Ghamamah

Terletak di sebelah Masjid Nabawi. Persisnya di sisi barat daya dari pagar Masjid Nabawi.

Diriwayatkan bahwa masjid ini dibangun di tempat terakhir Rasulullah SAW melaksanakan Salat Id. Menurut riwayat itu, dinamakan Ghamamah, karena saat itu ada awan (ghamamah) yang menaungi Rasulullah ketika berkhotbah. Karena itu, masjid ini pun disebut dengan Masjid Ghamamah.

Dalam perkembangannya, masjid ini direnovasi beberapa kali. Masjid juga direkonstruksi ulang pada masa pemerintahan Sultan Utsmany bernama Abdul Majid pada 1275 Hijriah atau 1859 Masehi.

Bentuk masjid ini persegi panjang dan dibangun dengan batu basal berwarna hitam. Atapnya dilengkapi dengan beberapa set kubah.

Pada dinding bagian dalam dan cekungan kubah bercat putih. Sementara itu, bahu bangunan dan lingkarannya diberi warna hitam, sehingga memberikan penampilan masjid yang khas dan menawan.

2. Masjid Abu Bakar As-Shiddiq

Masjid ini terletak di barat daya Masjid Nabawi. Berjarak sekitar 100 meter dari pagar Masjid Nabawi.

Menurut riwayat, Rasulullah SAW melaksanakan salat Id di masjid ini, dan diteruskan oleh Abu Bakar di saat masa kekhalifahannya. Masjid ini pun kemudian dinisbatkan kepadanya.

Dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di Madinah pada 87-93 Hijriah atau 706-712 Masehi. Selanjutnya masjid diperbarui pada masa Sultan Utsmany yang bernama Mahmud ke-2 pada 1254 Hijriah atau 1838 Masehi.

Layaknya masjid-masjid di Madinah umumnya, bentuknya persegi. Panjang sisinya 9 meter, dan dibangun dengan batu basal berwarna hitam dan dicat dari dalam dengan warna putih.

Pada bagian atas, bertengger kubah setinggi 12 meter. Sementara itu, pada bagian teras berbentuk persegi panjang dengan panjang 13 meter dan lebar 6 meter. Terdapat juga menara dengan tinggi sekitar 15 meter.

3. Masjid Umar bin Khattab

Terletak sekitar 200 meter di sebelah selatan Masjid Abu Bakar As-Shiddiq. Masjid ini dibangun oleh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad As-Salawy pada 850 Hijriah atau 1446 Masehi.

Diriwayatkan, Rasulullah SAW pernah menunaikan salat Id di masjid ini. Kemudian, digunakan oleh Umar bin Khattab, sehingga masjid ini dinisbatkan kepadanya.

Masjid ini kemudian diperbarui oleh Sultan Utsmany bernama Mahmud ke-2 pada 1254 Hijriah atau 1838 Masehi. Selanjutnya masjid direnovasi pada masa putra Mahmud ke-2 yakni Abdul Majid ke-1 pada 1266 Hijriah atau 1850 Masehi.

Berbentuk persegi dengan panjang sisinya sekitar 8 meter. Masjid dibangun dengan batu basal, bercat putih pada bagian dalam, dengan kubah setinggi 12 meter.

Terdapat juga menara di sudut barat laut dengan ketinggian 8 meter. Masjid ini juga memiliki halaman terbuka persegi panjang seluas 12 x 3 meter.

4. Masjid Ali bin Abi Thalib

Masjid ini berlokasi sekitar 300 meter di sebelah barat laut Masjid Ghamamah. Seperti masjid-masjid sebelumnya, masjid ini juga pernah digunakan Rasulullah SAW untul salat Id.

Selanjutnya, Ali bin Abi Thalib juga menggunakannya untuk salat Id, setelah Rasulullah SAW.

Masjid ini pertama kali dibangun pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz di Madinah pada 87-93 Hijriah atau 706-712 Masehi. Selanjutnya, masjid direkonstruksi beberapa kali, terakhir pada 1411 Hijriah atau 1990 Masehi.

Bentuk masjid ini persegi panjang. Dari timur ke barat panjang sekitar 31 meter dan lebar 22 meter. Terdapat koridor yang diberi atap dengan tujuh kubah, dengan kubah mihrab sebagai kubah tertinggi.

Menara masjid terletak di sisi timur, sedangkan sisi utara terbuka dengan bentuk persegi panjang.

Sumber: Diolah dari Al-Madinah Al-Munawwarah Research and Studies Center